Jumat, 07 September 2012

PASUKAN TANAM


Sulitnya petani untuk mencari orang untuk menanam, saat sekarang sudah sangat terasa sekali. Kesulitan itu sudah dirasakan petani di pelosok - pelosok desa, walaupun masih banyak orang yang memungkinkan untuk membantunya. Selain sulit untuk mencari tenaga kerja tanam, petai secara otomatis akan dihadapkan oleh mahalnya ongkos (biaya) tenaga kerja tanam. Sebenarnya tidak hanya sulit mencari tenaga kerja untuk tanam  saja, tetapi hampir semua proses usahatani mengalami kesulitan mencari tenaga kerja. Mulai pengolahan tanah, pembibitan, tanam hingga panen dan paska panen.



Masyarakat lebih memilih pekerjaan selain buruh tani (kerja di sawah atau kebun). Masyarakat yang berusia muda lebih memilih bekerja di pabrik - pabrik, penjaga toko, pembantu rumah tangga bahkan menjadi TKI, sementara yang mau berjibaku dengan lumpur, keringat, daun - daunan kotor dan seterusnya hanyalah orang yang usianya mendekati separuh abad.

Dari upah memang lebih banyak diterima dari bekerja di sebuah pabrik. Tenaga yang dikeluarkan untuk meraih upah itu juga tidak sebesar ketia bekerja di sawah atau kebun. Berbagai alasan yang secara realita memang dapat diterima oleh akal. Semua bertujuan sama, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan berharap meningkatkan kesejahteraannya.

Orang mau bekerja di sawah atau kebun itu seringkali hanya kondisi yang memaksakan untuk melakoninya. Keterpaksaan yang menjadi alternatif kesekian. Bukan tanpa alasan kondisi seperti itu. Upah yang terlalu kecil (murah), pekerjaan yang lumayan berat dan kotor dan musiman. Berbeda dengan kondisi pada pekerja di sebuah perkebunan besar, seperti perkebunan kelapa sawit. Mereka masih mendapatkan upah yang lebih bagus dibanding buruh perkebuna lain atau buruh tani di sawah. Nah persoalan itu yang sering dihadapi oleh petani. Sehingga petani rela untuk mengeluarkan upah yang lumayan tinggi demi usahataninya berjalan lancar.

Melihat kondisi seperti di atas, kiranya ada peluang yang cukup bagus bagi orang - orang di pelosok desa untuk membentuk suatu regu (pasukan) tanam. Mereka yang tergabung dalam pasukan tanam itu, diberikan suatu pelatihan khusus menanam sesuai dengan teknisnya. Misalnya, dilatih untuk menanam padi dengan sistem jajar legawa atau SRI secara utuh, teknis menanam tanaman perkebunan dengan benar dan seterusnya.

Dengan pembinaan secara intensif dan didukung manajemen serta marketing yang bagus, kiranya "pasukan tanam" ini bisa menjadi salah satu alternatif mengatasi sulitnya tenaga kerja tanam yang dirasakan para petani. Dengan begitu buruh tani mempunyai nilai tawar yang kuat, sehingga mereka dalam menerima upah akan lebih layak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar