“Ndang
tata-nen genine, ben cepet akeh buleg-e” perintah seseorang untuk menata api.
“Eee… eee… geret-en taline sing kidul, angine banter iki lho!!!” perintah yang
lainnya. “Teruus… terussss….. hooooooeee…!!! Teriak anak – anak kecil kegirangan
yang berada di sekitar. “Diwat – wati yo, ojo nganti balon-e obah keterak
angin, ngko kenek geni!!!” peringatan Pak Gobir kepada penarik tarik samping.
“Heeeehhhh…!!! Mercone ngko ae, adohna kana, ngko nek mbledoos…. Sida braweek…”
bentak Kang Kanthi untuk menjauhkan mercon yang sudah ditata di seutas tali.
Ada
yang menata api dari “blarak / daun kelapa kering)”, sekam yang dibakar, ada
lagi yang memegang lingkaran dari bamboo sebagai mulut balon, ada pula yang
memegang plastic sebagai badan balon yang perlahan mulai mengembang karena
penuh dengan asap serta terkena panas api. Ada 5 (lima) orang yang memegang
tali di beberapa sisi untuk menjaga balon agar tetap berdiri tegak, 4 orang
menyiapkan mercon – mercon sejumlah kurang lebih 400-an buah, dua orang menyiapkan
sumbu “oncor” yang akan dipasang dilingkar mulut balon, serta tak ketinggalan
sorak sorai para penonton yang terdiri anak kecil, remaja sampai orang tua,
baik pria maupun wanita.