Kata "tersenyum" ini dapat dipastikan semua orang sangat paham akan
kata tersebut. Sunggingkan senyumanmu mas... mbak... mbok dhe.. pak
dhee... sayang.... dan seterusnya. Seakan dunia ini kalau perlu dihiasi
oleh senyum - senyuman dari bibir ini.
Macam - macam
dibalik senyuman itu, antara lain senyum manis, senyum gembira, senyum
kecut, senyum palsu, senyum dan seterusnya........
Padahal
ditilik dari sumber dan alat untuk tersenyum sangatlah sederhana...
hanya lembaran 2 bibir ini, itupun bentuk bibir muacem - muacem... ada
yang tipis, agak tebal, tebal atau bahkan (maaf) ngowoh.... juga warna
bibir tiap orang tidak sama. Ada yang pink, coklat, hitam, pucat,
merah....
Bibir itu apabila digeser atau digerakkan
sedikit saja, akan lain makna dan isyaratnya. kalau gerak sedikit bisa
diartikan senyuman, tangisan, menggumam dst..... kalau terbuka lebar
bisa dikatakan ketawa, "angop", teriak dsb...
Petani dibenak masyarakat umum identik dengan Lumpur, Padi, Sapi,
Kerbau dan seterusnya. kesan yang kuat tentang Petani adalah
keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, kotor. Sehingga pekerjaan
bertani atau menjadi petani ini sangat tidak diminati oleh sebagian
besar masyarakat atau bahkan tidak mau menjadi Petani. Penghasilan
petani yang hanya diperoleh tiap musim tanam, harga jual hasil produksi
pertanian yang rendah, tingkat kerepotan proses produksi (usaha tani)
mendorong orang untuk terus menjauh dari kegiatan bertani.
Lahan
pertanian yang dahulu membentang luas, kini berganti tanaman berupa
rumah, pabrik atau bangunan yang mewakili modernitas. masyarakat
Indonesia yang sebagian besar petani harus menjadi pengganguran karena
lahannya dijual untuk memenuhi kebutuhan yang mengatasnamakan zaman
moderen.
Persetan dengan "zaman moderen", yang jelas semua
itu menggilas masyarakat agraris di Nusantara ini. Ibu pertiwi semakin
menangis tersedu meratapi anak - anak bangsa semakin kekurangan pangan
karena lahan untuk menghasilkan pangan lenyap. Tanah subur yang
semestinya dapat menghasilkan bahan pangan, kini tidak lagi. yah sudah
menjadi nasib petani nusantara ini... petani hanya tinggal nama, lahan
pertanian hanya tinggal kenangan...
Head line Koran Jawa Post hari ini terpampang tulisan “Bawa Jazz, Anak SMP tabrak 15 Orang”. Berita itu tentu cukup menarik perhatian saya karena kemarin baru saja saya mengalami kecelakaan dan masih hangat diingatan saya dan seluruh masyarakat akan peristiwa minggu kemarin (22 Januari 2012) di Tugu Tani Jakarta. Seorang perempuan muda, Afriyani Susanti, telah menabrak orang – orang yang sedang berjalan di trotoar dan menewaskan 9 orang. Setelah ditelusuri ternyata Afriyani dalam keadaan terpengaruh oleh pil koplo (extasi), minuman keras setelah dugem dibeberapa tempat bersama kawan – kawannya. Sungguh tragis……….. Orang – orang yang sedang berjalan itu menjadi korban pengemudi yang hilang kesadarannya. Karena kesadarannya berkurang atau hilang maka control terhadap diri juga tidak ada sehingga tidak dapat mengendalikan apa yang sedang dikemudikan. Ehmmmm…. Setelah peristiwa itu nama Afriyani bak seorang monster pembunuh yang menewaskan banyak orang dalam sekali laju, dan seakan –akan layak untuk dicaci maki, dikutuk, dihakimi oleh masyarakat.
Mirip dengan kejadian diTugu Tani, kemarin di Makasar juga terjadi peristiwa penabrakan atas 15 orang oleh pengemudi mobil Jazz (Hadi). Hanya saja dalam peristiwa ini tidak sampai timbul korban yang tewas, tetapi apapun akibatnya tentu sangat merugikan pihak lain. Hadi, seorang pelajar SMPN 3 Makasar yang masih berumur 14 tahun sudah mengemudi mobil tanpa sepengetahuan orang tuanya. Melihat umur yang masih sangat muda itu dapat dipastikan bahwa Hadi belum mempunyai surat ijin mengemudi (SIM) dan tentunya belum bisa mengendalikan diri dengan baik ketika sedang di jalan, juga yang lebih penting adalah anak seusia Hadi belum dapat dimintai pertanggungjawaban secara penuh apabila terjadi sesuatu. Sungguh mengerikan kalau melihat seperti itu……
Berkaca pada 2 (dua) peristiwa itu saja kita dapat menganalisa secara kasar bahwa pengendara atau pengemudi yang mengalami kecelakaan itu adalah orang yang tidak dapat mengendalikan diri ketika berkendara atau mengemudi karena kesadarannya berkurang atau hilang sama sekali. Kesadaran ini akan berpengaruh pada konsentrasi pengemudi, dan konsentrasi ini akan membawa ketenangan membawa kendaraannya. Orang yang tergesa – gesa cenderung berkurang konsentrasinya, juga orang yang banyak pikiran juga demikian. Human error inilah yang sering menjadi penyebab kecelakaan di dunia. System untuk memperoleh SIM yang kurang ketat (kalaupun ada ujian, terkesan ada permainan atau rekayasa) sehingga pengemudi kurang cakap dalam berkendara dan memahami rambu – rambu lalu lintas. Rambu – rambu hanya dijadikan aksesoris jalan saja atau dihafal dalam otak saja tetapi penerapannya sangat jauh dari yang diharapkan.
Factor kesadaran penuh pengemudi ini sangat mutlak untuk diperhatikan, apalagi berkendara di jalan raya itu selalu ada pihak lain yang dapat menjadi korban kita atau malah kita yang akan menjadi korban dari kehilangan kesadaran dan pengendalian diri. Sebanyak apapun aturan, seketat apapun system mendapatkan SIM, sebagus apapun rambu – rambu yang dibuat oleh DLLAJ tidak menjamin 100 % keselamatan seseorang, tetapi semua itu berangkat dari diri kita sendiri. Kesadaran penuh akan meningkatkan kestabilan kita dalam berkonsentrasi, dan konsentrasi itu akan dapat membantu kita dalam mengendalikan kendaraan yang kita kemudikan. Kalau sudah seperti itu, kecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kecuali memang sudah apesnya menjadi korban ugal – ugalan pengendara atau pengemudi lain. Semoga kita semua selalu selamat dalam perjalanan…. Amiin.
KEDIRI. “Brrraaakkkk……” suara benturan keras antara dua
motor Yamaha Mio dan Honda Supra. Suara itu cukup mengagetkan warga dan murid –
murid SMP yang sedang menerima pelajaran. Maklum tabrakan itu terjadi tepat di
depan SMPN 3 Wates, Kediri. Yaaa.. pagi tadi sekitar pukul 07.30 WIB saat saya
mengantar kerja istri motor Mio merah marunku menabrak motor yang dikendarai
seorang perempuan seusia belasan tahun.
Pagi itu
seperti biasa saya mengantar istri untuk kerja lembur, karena hari ini adalah
Sabtu. Kami meluncur dari arah timur dengan kecepatan rata – rata 50 km/jam,
malah cenderung santai karena masuk kerjanya agak siang (pukul 08.00). Setelah
melewati perbatasan desa Wates, saya melihat dari kejauhan tampak ada orang
mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dan posisinya di sekitar marka jalan.
Tampaknya orang itu seorang perempuan, terlihat dari rambutnya yang terurai
karena tidak memakai helm. Mendekati SMPN 3 Wates – Kediri, ada seorang kakek
menyebrang jalan pelan – pelan tetapi perjalanannya terhenti di tengah jalan
tepat di garis marka mungkin untuk memberi kesempatan pengendara dari arah
barat lewat. Malang menimpa bapak tua pencari rumput itu. Pengendara yang saya
lihat berkecapatan tinggi itu menabrak orang tua itu dan jatuh terkulailah dia.
Setelah menabrak orang tua itu, motornya oleng dan jatuh terlempar ke arah
kanan jalan. Jarak motor yang kami kendarai dengan posisi tertabraknya orang
tua tadi cukup dekat (sekitar 15 meter) sehingga saya tidak sempat menghindari
motor yang terlempar itu dan BRAAAKKKKK……. Motor yang menabrak orang itu ganti
menabraku. Atraksi koprol pun terjadi. Saya dan istri koprol terguling. Kami
spontan mengecek kondisi masing – masing dan Alhamdulillah tidak ada luka
serius diantara kami, hanya memar dipundak kiri, telapak kaki dan paha kanan. Berkali
– kali dari mulut kami meluncur istighfar dan puji syukur karena tidak cidera
serius. Kemudian saya mengecek perempuan yang menabrak itu dan orang tua yang
tertabrak. Kasihan sekali….. orang tua pencari rumput itu mengalami patah
tulang kering di kaki kirinya dan perempuan yang menabrak mengalami luka lecet
serius dikaki, tangan dan wajahnya. Innalillahi wa inna lillahi rojiun…
Alhamdulillah
kami berdua masih bisa berjalan walau beberapa jam kemudian terasa ngilu
(njarem = jawa). Dari peristiwa yang terjadi pagi itu, membuat kami lebih
merenung dan berpikir. Peristiwa seperti itu siapapun pasti tidak menginginkan
apalagi yang lebih parah. Yang luka memar saja sudah seperti ini, badan terasa
ngilu, panas dalam apalagi yang lebih parah. Ehmmmm….mengerikan….. namun kalau
kejadian itu tiba – tiba menimpa kita dan dapat dipastikan kita tidak tahu
kapan, dimana terjadi termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi
setelahnya. Saya mencoba berfikir agak jernih dan mendalam, flash back ke
belakang. Pelan – pelan aku mencermati berbagai tindakan, perasaan yang selalu
tidak stabil dan hal – hal yang lebih rasional lagi. Yaah….kalu sudah terjadi…
terjadilah… kita berfikir ke depan dan lebih hati – hati dalam bertindak
khususnya berkendara.
Sebagai makhluk Tuhan yang lemah, kami
pun menyadari bahwa manusia tidak luput dari salah, khilaf dan lupa. Dengan
adanya peristiwa singkat itu semoga saja dapat lebih membuat waspada pada
setiap gerak, tindakan, perilaku, perkataan kita. Kita ikhlaskan semua kejadian
itu, kita pasrahkan semuanya kepada Sang Pencipta Allah swt, karena kecelakaan
seperti itu bisa dianggap sebagai ujian ataupun rizqi, tinggal bagaimana kita cara
menerima dan menyikapinya bukan??
Banyak orang ramai memperbincangkan fatwa Haram merokok. Di warung,
toko, pasar,sekolah, kampus, internet, kantor dan hampir semua tempat
"rokok" menjadi dongengan hangat. Ada yang mendukung dan bahkan
mengkampanyekan Anti Merokok, ada yang cuek gak peduli dan tetap
merokok, ada yang agak malu - malu merokok ditempat umumdan seterusnya.
Dengan sederet alasan, dampak merokok terus dikampanyekan, dengan tujuan
akhir "menghilangkan rokok".
Rokok, Nikotin, Tembakau,
cengkih, TAR, TBC, Haram, impoten dsb terus di dengungkan. media cetak,
media elektronik, iklan - iklan terus mewartakan tema - tema itu.
Namun
disisi lain, di daerah kaki Gunung Argopura, Mbah Kromo Kretek (begitu
orang memanggilnya).. dengan santai dan seakan atau benar-benar tidak
pernah mendengar, melihat slogan - slogan, kampanye, fatwa "ngrepoti
kesenangan orang" (kata Mbah Kromo) selalu menyelipkan kantong ajaibnya
(Slepen - tempat temabakau, cengkeh, korek api dan klobot-kulit jagung
yang dikeringkan). Setiap saat orang melihat Mbah Kromo, yang terlihat
adalah hisapan Rokok Kretek TINGWE (Melinting dewe) di bibir tuanya.
Kelihatan nikmat sekali Mbak Kromo menghisap rokok Tingwe itu. Bull...
bull.... asap rokok keluar dari mulutnya dan sesekali memutar mutar
rokoknya. EHm... nikmat betul..
Umur Mbah Kromo sudah
mendekati 90 tahunan. Secara umum fisiknya sehat, tenaganya masih
seperti orang berumur 50 tahun. Singkatnya Mbah Kromo Kretek adalah
orang yang energik dan sehat, karena setiap hari menyusuri lereng gunung
Argopura mencari kayu.
Ketika ditanya tentang fatwa haram
merokok itu, beliau menjawab... "Lha yang membuat Fatwa saja BELUM
pernah MEROKOK kok nglarang orang merokok... Orang yang ngobrol tentang
efek rokok aja belum pernah menikmati rokok... ehmm... Bukanya SUMBER
PENYAKIT MANUSIA itu MAKANAN yang masuk ke PERUT dan KESERAKAHAN
manusia????.... bukan tembakau, rokok dst....
Heheheh Mbah Kromo terus melanjutkan merokoknya.... Santai saja Mbah....
Hari Jum'at Kliwon menurut
kebanyakan orang merupakan hari yang sakral, hari yang penuh dengan
suasana ngeri, suasana mistis. Hari yang menyimpan banyak misteri di
dunia cerita anak, cerita rakyat, cerita klenik, film nasional
Indonesia, sinetron, rubrik mitos dsb. Malam Jum'at Kliwon di gambarkan
dengan suasana mencekam, bau dupa selalu menyengat di mana - mana,
pekuburan diramaikan oleh para arwah, jin, setan, demit, sundel
bolong, pocong, glundung
plecek dan sebangsanya. Tempat - tempat pemujaan dipenuhi bunga - bunga
telon (bunga cempaka, roose, kenanga), dupa, minyak - minyak misig, kesturi,
zafaron, hajar aswad dan sejenis minyak yang sangat wangi menyengat.
Suasana seperti itulah yang digambarkan
oleh berbagai cerita, film, dan seabreg pesan orang tua, yang tujuan
sebenarnya hanya untuk membuat takut anak kecil saja. Padahal kalau kita
perhatikan, pelajari dan analisa, gambaran itu hanya akan membuat
psikologi menjadi seorang penakut, menjadi orang tidak percaya dengan
dirinya, tidak percaya dengan kekuatan jiwanya (apalagi ke MAHA-an
Tuhan). Pikiran dan ilusi manusia akan di bawa ke situasi yang demikian
tidak jelas bentuknya.
Kalau
kita sebagai manusia yang rasional, tentunya akan berpikir secara
logis. Kenapa kita harus takut, arwah, jin, setan, demit, pocong dan
sebangsanya adalah sama - sama makhluk Tuhan. Mengapa kita harus mau
terbelenggu dengan image - image, bayangan - bayangan yang belum tentu
kebenaranya. Bau semerbak wangi - wangian adalah suatu keindahan yang
bisa kita nikmati di dunia ini. Logika kita harus kita gunakan untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa Takut itu sendiri, karena
sebenarnya sumber ketakutan adalah DIRINYA sendiri. Bukankan itu semua
lebih enak untuk ngopi bersama - sama sambil makan pisang goreng yang
hangat....
KEDIRI. Dua hari ini angin berhembus
kencang tak seperti biasanya. Awalnya saya berpikir hal yang wajar saja karena
saat ini musim penghujan dan bulan Januari dimana pada bulan itu menurut kata
banyak orang sebagai hujan sehari – hari. Tadi pagi sekitar pukul 09.30 wib,
saya dikejutkan oleh anak – anak saya yang pulang sekolah lebih awal dari
biasanya dan dalam kondisi menangis ketakutan. Lantas saya bertanya kepada
kedua putri cantikku “Kenapa menangis dan takut? Ada apa?”. “Ada angin kencang.
Seng sekolah banyak yang rusak dan kabur terkena angin sehingga belajarnya
pindah ke masjid.”. Langsung saya tersadar bahwa angin yang kencang saat ini
tidak seperti biasanya dan mungkin dapat menimbulkan kerusakan ataupun bencana.
Rasa penasaranpun muncul dan saya
mencoba menghubungi keluarga di Ponorogo, kawan – kawan dibeberapa kota,
membaca status di facebook dan menyimak berita televisi ternyata angin kencang
itu terjadi secara merata. Bahkan lebih parah dibanding dengan Wates (Kediri).
Pohon tumbang dimana – mana, ada rumah yang roboh, kapal nelayan terbalik dan
masih banyak lagi kejadian yang menyedihkan akibat angin kencang. Dari BBM
(Black Berry Masanger) yang saya terima, memperingatkan adanya badai Matahari
yang puncaknya terjadi pada malam ini. Perasaan khawatir terjadi pada kawan –
kawan dan keluarganya, dalam komentar di facebook, BBM, twiter banyak yang
berdoa semoga tidak terjadi dan tertimba bencana badai.
Saya mencari informasi di internet
tentang badai Matahari, disebutkan pada hari Senin (23 Januari 2012) kemarin
telah terjadi ledakan Matahari pada bintik Matahari NOAA 1402. Ledakan ini
merupakan ledakan terkuat sejak tahun 2005 bahkan masuk dalam M-9 atau
mendekati kelas extreme. Akibatnya terlepaslah partikel berenergi tinggi dan
lontaran massa corona (CME = Coronal Mass Ejection) yang sampai ke Bumi pada
Selasa pukul 21.18 wib. CME bergerak dengan kecepatan hingga 2.200 km/det. CME
menimbulkan badai Matahari yang bisa mengganggu system navigasi,
telekomunikasi, fungsi satelit dan perbakan, juga gangguan komunikasi radio HF
(gelombang pendek).
Pantas
saja angin begitu kencang berhembus hingga menimbulkan berbagai ketakutan,
peristiwa menyedihkan di beberapa kota di dunia. Perasaan takut yang dialami
anak saya dari kejadian tadi pagi, tidak serta merta hilang setelah pulang dari
sekolah. Perasaan itu selalu muncul ketika ada suara yang disebabkan oleh
angin. Dia pasti menangis sambil menutup kedua telinganya. Sungguh
kasihan,trauma dengan kejadian akibat
angin kencang yang merusak sekolahannya tadi pagi. Saya membayangkan, betapa
takut dan menderitanya para korban bencana alam. Anak saya yang tidak seberapa
parah saja takut dan traumanya seperti ini, apalagi korban – korban angin
putting beliung, banjir, tsunami, gempa bumi, gunung meletus, kecelakaan maut
dan sebagainya. Jangan takut anakku, kita bersyukur masih dikarunia keselamatan
dan terhindar dari badai Matahari. Semoga semuanya terhindar dari segala
bencana dan dikaruniai keselamatan. Amiin.
Terasa sejuk dan segar udara pagi
di bawah kaki gunung Klotok, Kediri. Wilayah kotamadya Kediri bagian barat,
masuk kelurahan Pojok kecamatan Mojoroto ternyata mempunyai tempat yang indah,
sejuk, segar. Tempat yang cocok untuk refresing dan melepas kepenatan pikiran
ataupun perasaan. Pagi tadi, penulis dan keluarga menyusuri jalan berkelok di
kaki gunung Klotok itu. Dari arah kota Kediri menuju arah barat melewati
jembatan lama Brawijaya yang membentang di sungai Brantas. Berbelok ke kiri
jalan Veteran lurus ke arah barat, perempatan Sukorame terus ke Barat kurang lebih
2 (dua) kilometer. Salah satu lokasi wisata di kota Kediri ini, berdekatan
dengan Universitas Kadiri.
Lokasi wisata itu dikenal dengan
kawasan Goa Selomangleng. Di sekitar goa terdapat museum Airlangga, kolam
renang dan taman bermain, tetapi yang terkenal adalah Goa Selomangleng. Goa ini
sangat terkenal karena banyak menyimpan legenda yang sangat terkenal, antara
lain cerita asal usul kesenian Reog. Konon Prabu Kelana Sewandana yang akan
melamar Dewi Sangga Langgit putrid raja Kediri melewati jalan bawah tanah.
Berangkat dari Bantar Angin (Ponorogo) melalui Goa Bedali yang terletak di
sekitar hutan kayu putih (desa Sukun, kecamatan Pulung) dan keluar di wilayah
Kediri melalui Goa klotok (Goa Selomangleng). Legenda itu sangat dipercaya
kebenarannya oleh masyarakat Ponorogo, karena menyangkut legenda kesenian
aslinya, Reog Ponorogo.
Lain lagi legenda yang berkembang
pada masyarakat Kediri. Tempat itu dipercaya sebagai tempat pertemuan raja
mereka pada jaman dulu, Prabu Panji Inu Kertopati dan Dyah Ayu Candrakirana
setelah mengalami ujian berat dan berpisah cukup lama. Cerita atau legenda
Panji inilah yang banyak berkembang di masyarakat, meskipun berbeda seting dan
ceritanya. Intinya adalah pertemuan dua Raja dan permaisuri kerajaan Kediri
itu. Memang secara historis, Kediri merupakan kerajaan tua yang berdiri sekitar
tahun 1000 masehi. Kerajaan besar pertama yang berada di Jawa Timur setelah
terjadi peperangan di kerajaan Mataram Kuno. Mpu Sendoklah yang mendirikan
kerajaan Kahuripan yang nantinya terkenal dengan kerajaan Kediri dengan rajanya
yang terkenal Prabu Airlangga.
Kembali pada cerita pagi tadi, ketika
menyusuri jalan berkelok di kaki gunung Klotok. Sebelum masuk pintu utama ke
areal lokasi wisata, ada tikungan ke arah kiri. Penulis bersama keluarga mengambil
jalan arah kiri, ternyata jalannya berkelok dan banyak warung – warung
disepanjang jalan. Warung lesehan ini disediakan untuk pengunjung yang
menikmati keindahan dan kesegaran alam kaki gunung. Namun demikian ketika kami
menyusuri jalan dengan Mio merah marun kami, melihat banyak pasangan muda –
mudi yang tampak asyik bercengkerama, bermesraan dibeberapa warung. Pemandangan
yang sangat indah tentu menambah kenikmatan mereka dalam berlayar mengarungi
gelombang asmara.
Penulis teringat kasus menghebohkan
beberapa tahun lalu (sekitar 2009), yang mengekspos adegan mesum di salah satu
warung disekitar wisata goa selomangleng. Kasus itu cukup menghebohkan warga
Kediri, dan pelakunya dapat dilacak dan diproses secara hukum. Ternyata para
kawula muda yang menjadi actor dan pengedar video mesum berdurasi sekitar 10
menit itu. Kalau melihat tata letak dan suasana warung – warung di sepanjang
jalan itu memang memungkinkan untuk melakukan hal – hal yang banyak diinginkan
oleh para pemuda pemudi yang mabuk asmara.
Untuk mencegah dari mesum-isme dan
menambah keindahan lokasi sekitar lokasi wisata goa Selomangleng, hendaknya
pemerintah Kotamadya Kediri menertibkan warung – warung yang ada, merapikan,
menata dan mengkoordinir dengan baik. Syukur – syukur memberikan pinjaman lunak
untuk pengembangan warung agar lebih lengkap dan menarik. Selain itu, lampu –
lampu penerangan ditambah sehingga kalau malam jalan – jalan itu jadi lebih
terang. Dan mungkin ada lagi program menarik kepada para pemilik warung, yang rata
– rata berasal dari masyarakat sekitar, sehingga ada hubungan yang saling
menguntungkan antara masyarakat dan Pemerintah Kota.
Kalau itu bias terwujud dan
dikembangkan di sekitar lokasi wisata goa Selomangleg tentunya para pengunjung
akan lebih sering berkunjung kembali, dan juga akan lebih enjoy menikmati
keindahan wisata Goa Selomangleng, bukan…..??
Tanpa
sadar kaki ini terus bergerak mengikuti irama musik perkusi yang nyaman
sekali didengar. Plung ketipak timplung... eh.. pung plak palak tung
deng deng... kira - kira seperti itu apabila suara tabuhan ditulis.
tubuh
ber ingkrak - jingkrak (bahasa Jawa yo..) atau lompat - lompat seakan
tak terkendali. 2 strip di bawah kesadaran orng kesurupan. Tangan terus
bergerak mengalir... kepala juga ikut tolah toleh, putar, angguk dan
seterusnya...
yang menarik dari ekspresi itu, apakah
disitu salah satu ke IKHLASAN sedang manjing dijiwa yang paling
dalam.... proses lepasnya kesadaran itu yang mendasari hilangnya semua
perasaan yang sering membuat orang bisa SAKIT. atau yang akan muncul
sebuah perasaan SOMBONG karena bisa berjingkrak - jingkrak??
wah
bisa uedan mengotak atik antara GERAK TUBUH, GERAK BATIN bila
dihubungkan dengan ESTETIKA, LOGIKA dan soal yang LUHUR - LUHUR itu....
Pagi buta, udara dingin, kabut tebal menyelimuti kaki Gunung Kelud.
Jalan aspal berlubang campur tanah tampak basah dan licin karena tadi
semalam hujan. Suara burung berkicau dan kokok
ayam menambah suasana desa di kaki gunung berapi paling aktif di Jawa
semakin terasa.
Suasana tersebut ternyata tidak membuat malas
masyarakat sekitar desa Sumber Urip kecamatan Ngancar, Kediri. Dari
kejauhan, remang - remang terlihat seseorang naik sepeda Jawa ("sepeda
Unto") membonceng setumpuk kayu bakar. Tumpukan kayu itu sangat tinggi,
melebihi tinggi badannya bahkan dua kali lipat tinggi tubuhnya... waduh
awas nanti ambrux....
Setelah dekat, jelaslah raut muka orang
itu. Seorang pengayuh sepeda Jawa Tua ( teyeng pisan )ternyata adalh
seorang penjual kayu bakar dari salah satu anggota masyarakat di desa
tersebut. Umurnya sudah tua (sekitar 65 tahun). Dari otot dan raut
mukanya tidak nampak sebegitu tua, hanya sorot matanya terlihat nampak
kelelahan. Ketika ditanya mau kemana kayu itu di jual, pak tua itu
menjawab ke Pasar Wates (padahal jarak desa terebut ke pasar wates kira -
kira 17 km). Setumpuk kayu itu berapa harganya, sekitar 20 ribu. Berapa
kali dalam seminggu menjual kayu, 2 kali. Berapa keluarganya, pak
tuapun menjawab dengan enteng Istri cuma satu anaknya hanya 6.
ehm...
coba kita pikirkan dan renungkan cuplikan gambaran tersebut di atas?
Orang tua yang seharusnya sudah istirahat menikmati masa tua, harus
menghidupi keluarga. Ia hanya menghasilkan 160 ribu rupiah per bulan,
tapi mampu menghidupi keluarganya.
KEDIRI. Sesekali tertawa lepas, sesekali
ngobrol semi serius. Begitulah suasana pertemuan tiga kawan lama ketika bertemu
bersama. Duduk di bagian luar food court Kediri Mall, kami bertiga
bercengkerama, ngobrol ngalor ngidul entah apa saja yang diomongkan. Penulis
dan 2 (dua) kawan penulis semasa kuliah yang berdomisili atau bekerja di
wilayah sekitar kota Kediri. Mereka adalah Sulistiyo, seorang kawan yang
berasal dari kota Situbondo dan berkeluarga di kota Otak – otak Lamongan. Dia
di Kediri hanya kos dan melaksanakan tugas sebagai karyawan di perusahaan
asuransi , dan satunya Joko Pribadi, seorang kawan
yang asli Kediri. Dia seorang wiraswasta sukses dengan mengelola dan pemilik
penjualan buku dan alat peraga sekolah di Surakarta serta usaha gymnastic
(fitness dan aerobic). Selain itu juga masih mempunyai perkebunan buah naga dan
tebu. Sebenarnya masih ada 2 (dua) teman lagi yang kami undang, tetapi
berhalangan hadir yaitu Imam Gozali, pengusaha ayam petelur di Blitar dan
Noviana, pegawai di kantor Walikota Kediri.
Keinginan untuk berkumpul bersama ini
sebenarnya sudah lama kami rencanakan tetapi selalu tertunda. Akhirnya kami
putuskan sebagai awal pertemuan kami bertiga berkumpul bersama terlebuh dulu.
Sebenarnya penulis sering ngopi dan ngobrol bersama dengan Sulistiyo, Joko
maupun Imam tetapi itu hanya kami berdua, tidak bersama – bersama dalam satu
pertemuan. Keinginan kami hanyalah untuk saling ngobrol dan bersifat
kekeluargaan.
Dalam pertemuan tadi, meskipun banyak
ngobrol tentang kegiatan masing – masing tetapi ada sedikit hal yang mendapat
catatan penulis. Pertama, bahwa pertemuan semacam ini kiranya untuk dapat
dilaksanakan pada waktu berikutnya. Kedua, adanya saling tukar informasi,
kerjasama, support dan saling mengingatkan.
Inspirasi ataupun harapan terkadang bisa
muncul ketika kita ngobrol ringan dan lepas tanpa ada suatu aturan yang
terkesan formal dan tertata. Seperti dalam pertemuan siang ini, penulis minimal
mendapat harapan dan inspirasi baru dari cerita Joko tentang usaha baru yang
ditekuninya, jual beli spare part sepeda onthel kuno. Dia menceritakan dengan
semangat perihal usaha baru yang menjadi sampingannya. Berdasarkan ceritanya,
dalam sebulan dia bisa bertransaksi dengan nilai puluhan juta. Hanya via
telepon dengan calon pembeli (yang sekarang sudah menjadi pelanggannya) dia bisa
mengirim barang sesuai pesanan setelah mendapat uang transfer dari pembeli.
Misalnya, ada pembeli yang membutuhkan sepeda onthel dengan merek Gazele,
sepeda onthel buatan jerman yang mempunyai nilai jual hingga jutaan rupiah. Dia
langsung berusaha untuk mendapatkannya, setelah speda onthel ditangannya, Joko
menghubungi pembeli tersebut. Selisih harga beli dan jual itulah yang
keuntungannya setara dengan gaji seorang teller di Bank. Lumayan ……..
Dari cerita singkat dan semangat itulah, penulis
mendapat inspirasi untuk mensuplay barang (spare part sepeda onthel) kepada Joko,
dan ada harapan baru yang kiranya dapat dijadikan pendapatan sampingan. Sebagai
langkah awal, penulis menghubungi kawan – kawan yang ada di Ngunut, Tulungagung
yang mana daerah itu memang banyak yang memproduksi spare part. Semoga saja ada
hasil yang didapat dari harapan dan usaha ini, dan penulis yakin Joko yang
kukenal sejak pertama kali kuliah (karena satu kos) pasti akan membantu dan
mengarahkannya. Terima kasih kawan – kawan semua…..
KEDIRI. Sepanjang kira kanan jalan ini terasa
kosong dan hampa, tidak ada pepohonan yang tumbuh. Hanya semak belukar, tanaman
perdu atau rumput gajah yang ditanam tidak beraturan. Pemandangan hijau di
pinggir jalan hanya berasal dari tanaman – tanaman itu selain tanaman yang
ditanam di sawah. Menjadi pemandangan yang lain apabila musim kemarau tiba.
Pemandangan hijau tadi sirna menjadi gundukan tanah kering dan tampak tandus.
Panas sengatan sinar matahari dapat langsung dirasakan oleh kulit manusia.
Penulis dan mungkin banyak orang lain
yang punya perasaan, keluhan yang sama pada musim kemarau, betapa panasnya
udara ketika melintasi sebuah jalan. Jalan tanpa peneduh berupa pohon – pohon,
jalan tanpa penyegar berupa daun – daun yang memproduksi oksigen, jalan tanpa
penyejuk mata berupa keindahan bunga dan daun tanaman dan seterusnya. Meskipun
sudah ada upaya untuk penanaman tanaman di pinggir jalan seperti akasia, asam,
sono, tanjung, terasa masih kurang. Masih banyak jalan yang belum terhijaukan,
dan masih banyak jalan yang harus ditanami untuk membantu menyerap CO2
(carbondioksida). Memang sudah banyak yang dilakukan oleh pemerintah daerah
dalam menghijaukan sekitar jalan raya, tetapi karena perawatannya kurang maka
banyak tanaman yang mati.
Terlepas dari masih kurangnya upaya
yang dilakukan pemerintah dalam menghijaukan kiri kanan jalan raya, penulis
mempunyai pemikiran bagaimana cara pemanfaatan lahan dipinggir jalan agar
mempunyai nilai keindahan, nilai fungsi dan nilai ekonomis tanpa
mengesampingkan keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan. Tanaman yang ditanam
disepanjang kiri kanan jalan, ditanami tanaman yang produktif seperti tanaman
buah dan dibawahnya bias juga ditanami semacam rumput – rumputan.
Penulis pernah melintas disebuah
jalan tengah di kecamatan Pesantren Kota Kediri, yang mana di pinggir jalan
tampak tanaman blinjo (mlinjo) yang sedang berbuah. Warna merah kulit blinjo
terlihat jelas sekali ketika kita melintasi jalan itu. Ada lagi jalan desa di
kecamatan Prajekan kabupaten Bondowoso. Di sepanjang jalan tampak pohon mangga
tumbuh subur dan rapi karena ranting – ranting yang menganggu jalan dipotong
rapi sehingga pengguna jalan tidak merasa terganggu. Dan masih banyak lagi ruas
– ruas jalan yang ditanami tanaman produktif.
Melihat
seperti itu, penulis berpikir apakah bias dan boleh pinggir jalan ditanami
tanaman produktif seperti tanaman buah? Kalau tanaman kayu jelas boleh karena
banyak tanaman kayu ditanam disepanjang jalan. Mahoni, asam, trembesi, sono dan
lain sebagainya sering kita jumpai, tetapi tanaman buah sangat jarang. Bertolak
dari pemikiran iseng tersebut, kiranya masyarakat yang tinggal di pinggir jalan
akan dapat menikmati hasilnya, atau ada semacam profit sharing (bagi hasil)
antara masyarakat dan pemerintah daerah, tentunya aka nada pendapatan dari
hasil panen buah yang ditanam. Amat sangat saying, tanah kosong yang subur
hanya dibiarkan tidak dimanfaatkan agar lebih produktif.
Selain
mempunyai nilai ekonomis, kiranya jalan akan tampak indah karena sudah musim
buah akan sangat menarik pandangan bagi yang melintas di jalan tersebut.
Promosi produk local yang tidak perlu biaya besar sudah langsung pada sasaran
(konsumen), syukur – syukur sebagai penjualnya masyarakat setempat tentu sudah
memotong rantai pasar yang biasanya panjang dan berbelit.
Pemikiran
sederhana penulis sebagai pengguna jalan yang sering melintas jalan – jalan di
berbagai pelosok Jawa Timur semoga dapat diterapkan, minimal berbgai ide bagi
pemerhati lingkungan. Daripada jalan – jalan panas, kan lebih nyaman dan asri
apabila ditanami tanaman yang produktif bukan??