KEDIRI. Sesekali tertawa lepas, sesekali
ngobrol semi serius. Begitulah suasana pertemuan tiga kawan lama ketika bertemu
bersama. Duduk di bagian luar food court Kediri Mall, kami bertiga
bercengkerama, ngobrol ngalor ngidul entah apa saja yang diomongkan. Penulis
dan 2 (dua) kawan penulis semasa kuliah yang berdomisili atau bekerja di
wilayah sekitar kota Kediri. Mereka adalah Sulistiyo, seorang kawan yang
berasal dari kota Situbondo dan berkeluarga di kota Otak – otak Lamongan. Dia
di Kediri hanya kos dan melaksanakan tugas sebagai karyawan di perusahaan
asuransi , dan satunya Joko Pribadi, seorang kawan
yang asli Kediri. Dia seorang wiraswasta sukses dengan mengelola dan pemilik
penjualan buku dan alat peraga sekolah di Surakarta serta usaha gymnastic
(fitness dan aerobic). Selain itu juga masih mempunyai perkebunan buah naga dan
tebu. Sebenarnya masih ada 2 (dua) teman lagi yang kami undang, tetapi
berhalangan hadir yaitu Imam Gozali, pengusaha ayam petelur di Blitar dan
Noviana, pegawai di kantor Walikota Kediri.
Keinginan untuk berkumpul bersama ini
sebenarnya sudah lama kami rencanakan tetapi selalu tertunda. Akhirnya kami
putuskan sebagai awal pertemuan kami bertiga berkumpul bersama terlebuh dulu.
Sebenarnya penulis sering ngopi dan ngobrol bersama dengan Sulistiyo, Joko
maupun Imam tetapi itu hanya kami berdua, tidak bersama – bersama dalam satu
pertemuan. Keinginan kami hanyalah untuk saling ngobrol dan bersifat
kekeluargaan.
Dalam pertemuan tadi, meskipun banyak
ngobrol tentang kegiatan masing – masing tetapi ada sedikit hal yang mendapat
catatan penulis. Pertama, bahwa pertemuan semacam ini kiranya untuk dapat
dilaksanakan pada waktu berikutnya. Kedua, adanya saling tukar informasi,
kerjasama, support dan saling mengingatkan.
Inspirasi ataupun harapan terkadang bisa
muncul ketika kita ngobrol ringan dan lepas tanpa ada suatu aturan yang
terkesan formal dan tertata. Seperti dalam pertemuan siang ini, penulis minimal
mendapat harapan dan inspirasi baru dari cerita Joko tentang usaha baru yang
ditekuninya, jual beli spare part sepeda onthel kuno. Dia menceritakan dengan
semangat perihal usaha baru yang menjadi sampingannya. Berdasarkan ceritanya,
dalam sebulan dia bisa bertransaksi dengan nilai puluhan juta. Hanya via
telepon dengan calon pembeli (yang sekarang sudah menjadi pelanggannya) dia bisa
mengirim barang sesuai pesanan setelah mendapat uang transfer dari pembeli.
Misalnya, ada pembeli yang membutuhkan sepeda onthel dengan merek Gazele,
sepeda onthel buatan jerman yang mempunyai nilai jual hingga jutaan rupiah. Dia
langsung berusaha untuk mendapatkannya, setelah speda onthel ditangannya, Joko
menghubungi pembeli tersebut. Selisih harga beli dan jual itulah yang
keuntungannya setara dengan gaji seorang teller di Bank. Lumayan ……..
Dari cerita singkat dan semangat itulah, penulis
mendapat inspirasi untuk mensuplay barang (spare part sepeda onthel) kepada Joko,
dan ada harapan baru yang kiranya dapat dijadikan pendapatan sampingan. Sebagai
langkah awal, penulis menghubungi kawan – kawan yang ada di Ngunut, Tulungagung
yang mana daerah itu memang banyak yang memproduksi spare part. Semoga saja ada
hasil yang didapat dari harapan dan usaha ini, dan penulis yakin Joko yang
kukenal sejak pertama kali kuliah (karena satu kos) pasti akan membantu dan
mengarahkannya. Terima kasih kawan – kawan semua…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar