Sabtu, 07 Januari 2012

Sikap Ksatriya

Sebelum pecah perang besar dalam cerita Mahabarata, perang Baratayudha, ibu Pandawa (Dewi Kunthi mengutus keponakannya Sang Raja Dwarawati (Kresna) untuk menemui putranya "yang dibuang"-nya sewaktu kecil. Putra hasil kutukan Dewa Surya, "Karna". Nama yang sangat disegani di kalangan pewayangan, apalagi di Astina - Kurawa, karena Karna mempunyai kesaktian luar biasa dan sanat sulit dikalahkan, selain itu Karna mempunyai watak yang tegas dan keras seperti halnya BOPO-nya, Bathara Surya. Dewi Kunthi memohon kepada Kresna untuk menyampaikan kepada Karna bahwa Karna diminta untuk keluar dari Astina dan bergabung dengan saudara - saudaranya se-IBU, Pandawa. Kresna-pun melaksanakan perintah bibinya itu, dan Kresna segera menemui saudaranya Karna. Di luar dugaan Kresna, Karna menolak mentah - mentah tawaran dan ajakan Ibunya. Karna bahkan marah - marah dan lari pergi ke pinggir Sungai Gangga.

Mendengar berita itu, Dewi Kunthi menangis tersedu dan meratapi semua kesalahannya kepada Karna. Kunthi telah menyia - nyiakan Karna dengan membuangnya ke sungai Gangga hingga Karna kecil di ambil anak tukang kusir. Setelah dewasa Karna mengabdikan diri ke negara Astina. Akhirnya Dewi Kunthi tidak kuat menahan diri, dia nekat menemui Karna di tepi sungai Gangga. Kebetulan kok ya ketemu..... padahal Karna sering dolan lho......

Pertemuan antara Ibu dan anak yang terbuang itu mungkin yang terakhir kali bagi mereka. Kunthi mengungkapkan harapannya kembali ke Karna, sambil menangis dan memeluknya. Karna menyadari sekali bahwa yang di hadapi adalah ibu kandungnya (meski membuangnya karena menurut ajaran ibu kandung adalah segalanya dan harus di hormati, dijunjung tinggi). Dengan suara lirih namun tegas dan penuh hormat, Karna mengatakan beberapa hal kepada ibunya :
  • Permintaan maaf kepada ibunya karena sudah menolak permohonannya.
  • bahwa Karna tidak akan meninggalkan Astina karena yang membesarkan dan memberinya kehidupan adalah saudaranya kurawa. jadi secara lahir, dia harus tetap taat dan patuh kepada pemerintah yang memberi penghidupannya, dan membelanya sampai titik darah terakhir.
  • Permintaan maaf kepada seluruh saudaranya (Pandawa) atas keputusannya. Dia meyakinkan ibunya bahwa dalam batinnya Karna tidak mempunyai rasa benci, iri kepada saudaranya Pandawa, tetapi malah sebaliknya.
keputusan yang kukuh dan satriya itu,melegakan hati Kunthi. Anaknya Karna membuktikan diri kepada darmanya kepada Bangsa dan negaranya. Dewi Kunthi memberikan restu kepada Karna, dan Karnapun lega hatinya. Dari cerita di atas, dapat kita petik beberapa pelajaran bahwa untuk membela negara, bangsa, kelompok, paguyuban itu sangat penting, lepas dari semua pernik - pernik yang ada dalam perjalanan sebuah bangsa, negara, kelompok itu. Yang mesti adalah bagaimana menciptakan sesuatu yang berguna, bermanfaat bagi sesama. Jiwa kesatriya inilah yang kita tunggu dari seluruh generasi...... Slogan yang sangat enteng diucapkan tetapi sulit dilakukan, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar