Rabu, 25 Januari 2012

Trauma Badai Matahari

KEDIRI. Dua hari ini angin berhembus kencang tak seperti biasanya. Awalnya saya berpikir hal yang wajar saja karena saat ini musim penghujan dan bulan Januari dimana pada bulan itu menurut kata banyak orang sebagai hujan sehari – hari. Tadi pagi sekitar pukul 09.30 wib, saya dikejutkan oleh anak – anak saya yang pulang sekolah lebih awal dari biasanya dan dalam kondisi menangis ketakutan. Lantas saya bertanya kepada kedua putri cantikku “Kenapa menangis dan takut? Ada apa?”. “Ada angin kencang. Seng sekolah banyak yang rusak dan kabur terkena angin sehingga belajarnya pindah ke masjid.”. Langsung saya tersadar bahwa angin yang kencang saat ini tidak seperti biasanya dan mungkin dapat menimbulkan kerusakan ataupun bencana.
Rasa penasaranpun muncul dan saya mencoba menghubungi keluarga di Ponorogo, kawan – kawan dibeberapa kota, membaca status di facebook dan menyimak berita televisi ternyata angin kencang itu terjadi secara merata. Bahkan lebih parah dibanding dengan Wates (Kediri). Pohon tumbang dimana – mana, ada rumah yang roboh, kapal nelayan terbalik dan masih banyak lagi kejadian yang menyedihkan akibat angin kencang. Dari BBM (Black Berry Masanger) yang saya terima, memperingatkan adanya badai Matahari yang puncaknya terjadi pada malam ini. Perasaan khawatir terjadi pada kawan – kawan dan keluarganya, dalam komentar di facebook, BBM, twiter banyak yang berdoa semoga tidak terjadi dan tertimba bencana badai.
Saya mencari informasi di internet tentang badai Matahari, disebutkan pada hari Senin (23 Januari 2012) kemarin telah terjadi ledakan Matahari pada bintik Matahari NOAA 1402. Ledakan ini merupakan ledakan terkuat sejak tahun 2005 bahkan masuk dalam M-9 atau mendekati kelas extreme. Akibatnya terlepaslah partikel berenergi tinggi dan lontaran massa corona (CME = Coronal Mass Ejection) yang sampai ke Bumi pada Selasa pukul 21.18 wib. CME bergerak dengan kecepatan hingga 2.200 km/det. CME menimbulkan badai Matahari yang bisa mengganggu system navigasi, telekomunikasi, fungsi satelit dan perbakan, juga gangguan komunikasi radio HF (gelombang pendek).
          Pantas saja angin begitu kencang berhembus hingga menimbulkan berbagai ketakutan, peristiwa menyedihkan di beberapa kota di dunia. Perasaan takut yang dialami anak saya dari kejadian tadi pagi, tidak serta merta hilang setelah pulang dari sekolah. Perasaan itu selalu muncul ketika ada suara yang disebabkan oleh angin. Dia pasti menangis sambil menutup kedua telinganya. Sungguh kasihan,  trauma dengan kejadian akibat angin kencang yang merusak sekolahannya tadi pagi. Saya membayangkan, betapa takut dan menderitanya para korban bencana alam. Anak saya yang tidak seberapa parah saja takut dan traumanya seperti ini, apalagi korban – korban angin putting beliung, banjir, tsunami, gempa bumi, gunung meletus, kecelakaan maut dan sebagainya. Jangan takut anakku, kita bersyukur masih dikarunia keselamatan dan terhindar dari badai Matahari. Semoga semuanya terhindar dari segala bencana dan dikaruniai keselamatan. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar