Minggu, 29 Januari 2012

AKIBAT HILANG KENDALI


Head line Koran Jawa Post hari ini terpampang tulisan “Bawa Jazz, Anak SMP tabrak 15 Orang”. Berita itu tentu cukup menarik perhatian saya karena kemarin baru saja saya mengalami kecelakaan dan masih hangat diingatan saya dan seluruh masyarakat akan peristiwa minggu kemarin (22 Januari 2012) di Tugu Tani Jakarta. Seorang perempuan muda, Afriyani Susanti, telah menabrak orang – orang yang sedang berjalan di trotoar dan menewaskan 9 orang. Setelah ditelusuri ternyata Afriyani dalam keadaan terpengaruh oleh pil koplo (extasi), minuman keras setelah dugem dibeberapa tempat bersama kawan – kawannya. Sungguh tragis……….. Orang – orang yang sedang berjalan itu menjadi korban pengemudi yang hilang kesadarannya. Karena kesadarannya berkurang atau hilang maka control terhadap diri juga tidak ada sehingga tidak dapat mengendalikan apa yang sedang dikemudikan. Ehmmmm…. Setelah peristiwa itu nama Afriyani bak seorang monster pembunuh yang menewaskan banyak orang dalam sekali laju, dan seakan –akan layak untuk dicaci maki, dikutuk, dihakimi oleh masyarakat.

Mirip dengan kejadian diTugu Tani, kemarin di Makasar juga terjadi peristiwa penabrakan atas 15 orang oleh pengemudi mobil Jazz (Hadi). Hanya saja dalam peristiwa ini tidak sampai timbul korban yang tewas, tetapi apapun akibatnya tentu sangat merugikan pihak lain. Hadi, seorang pelajar SMPN 3 Makasar yang masih berumur 14 tahun sudah mengemudi mobil tanpa sepengetahuan orang tuanya. Melihat umur yang masih sangat muda itu dapat dipastikan bahwa Hadi belum mempunyai surat ijin mengemudi (SIM) dan tentunya belum bisa mengendalikan diri dengan baik ketika sedang di jalan, juga yang lebih penting adalah anak seusia Hadi belum dapat dimintai pertanggungjawaban secara penuh apabila terjadi sesuatu. Sungguh mengerikan kalau melihat seperti itu……
Berkaca pada 2 (dua) peristiwa itu saja kita dapat menganalisa secara kasar bahwa pengendara atau pengemudi yang mengalami kecelakaan itu adalah orang yang tidak dapat mengendalikan diri ketika berkendara atau mengemudi karena kesadarannya berkurang atau hilang sama sekali. Kesadaran ini akan berpengaruh pada konsentrasi pengemudi, dan konsentrasi ini akan membawa ketenangan membawa kendaraannya. Orang yang tergesa – gesa cenderung berkurang konsentrasinya, juga orang yang banyak pikiran juga demikian. Human error inilah yang sering menjadi penyebab kecelakaan di dunia. System untuk memperoleh SIM yang kurang ketat (kalaupun ada ujian, terkesan ada permainan atau rekayasa) sehingga pengemudi kurang cakap dalam berkendara dan memahami rambu – rambu lalu lintas. Rambu – rambu hanya dijadikan aksesoris jalan saja atau dihafal dalam otak saja tetapi penerapannya sangat jauh dari yang diharapkan.
Factor kesadaran penuh pengemudi ini sangat mutlak untuk diperhatikan, apalagi berkendara di jalan raya itu selalu ada pihak lain yang dapat menjadi korban kita atau malah kita yang akan menjadi korban dari kehilangan kesadaran dan pengendalian diri. Sebanyak apapun aturan, seketat apapun system mendapatkan SIM, sebagus apapun rambu – rambu yang dibuat oleh DLLAJ tidak menjamin 100 % keselamatan seseorang, tetapi semua itu berangkat dari diri kita sendiri. Kesadaran penuh akan meningkatkan kestabilan kita dalam berkonsentrasi, dan konsentrasi itu akan dapat membantu kita dalam mengendalikan kendaraan yang kita kemudikan. Kalau sudah seperti itu, kecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kecuali memang sudah apesnya menjadi korban ugal – ugalan pengendara atau pengemudi lain. Semoga kita semua selalu selamat dalam perjalanan…. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar