Rabu, 18 Januari 2012

Tanaman Produktif di Pinggir Jalan


KEDIRI. Sepanjang kira kanan jalan ini terasa kosong dan hampa, tidak ada pepohonan yang tumbuh. Hanya semak belukar, tanaman perdu atau rumput gajah yang ditanam tidak beraturan. Pemandangan hijau di pinggir jalan hanya berasal dari tanaman – tanaman itu selain tanaman yang ditanam di sawah. Menjadi pemandangan yang lain apabila musim kemarau tiba. Pemandangan hijau tadi sirna menjadi gundukan tanah kering dan tampak tandus. Panas sengatan sinar matahari dapat langsung dirasakan oleh kulit manusia.
Penulis dan mungkin banyak orang lain yang punya perasaan, keluhan yang sama pada musim kemarau, betapa panasnya udara ketika melintasi sebuah jalan. Jalan tanpa peneduh berupa pohon – pohon, jalan tanpa penyegar berupa daun – daun yang memproduksi oksigen, jalan tanpa penyejuk mata berupa keindahan bunga dan daun tanaman dan seterusnya. Meskipun sudah ada upaya untuk penanaman tanaman di pinggir jalan seperti akasia, asam, sono, tanjung, terasa masih kurang. Masih banyak jalan yang belum terhijaukan, dan masih banyak jalan yang harus ditanami untuk membantu menyerap CO2 (carbondioksida). Memang sudah banyak yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menghijaukan sekitar jalan raya, tetapi karena perawatannya kurang maka banyak tanaman yang mati.
Terlepas dari masih kurangnya upaya yang dilakukan pemerintah dalam menghijaukan kiri kanan jalan raya, penulis mempunyai pemikiran bagaimana cara pemanfaatan lahan dipinggir jalan agar mempunyai nilai keindahan, nilai fungsi dan nilai ekonomis tanpa mengesampingkan keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan. Tanaman yang ditanam disepanjang kiri kanan jalan, ditanami tanaman yang produktif seperti tanaman buah dan dibawahnya bias juga ditanami semacam rumput – rumputan.
Penulis pernah melintas disebuah jalan tengah di kecamatan Pesantren Kota Kediri, yang mana di pinggir jalan tampak tanaman blinjo (mlinjo) yang sedang berbuah. Warna merah kulit blinjo terlihat jelas sekali ketika kita melintasi jalan itu. Ada lagi jalan desa di kecamatan Prajekan kabupaten Bondowoso. Di sepanjang jalan tampak pohon mangga tumbuh subur dan rapi karena ranting – ranting yang menganggu jalan dipotong rapi sehingga pengguna jalan tidak merasa terganggu. Dan masih banyak lagi ruas – ruas jalan yang ditanami tanaman produktif.
          Melihat seperti itu, penulis berpikir apakah bias dan boleh pinggir jalan ditanami tanaman produktif seperti tanaman buah? Kalau tanaman kayu jelas boleh karena banyak tanaman kayu ditanam disepanjang jalan. Mahoni, asam, trembesi, sono dan lain sebagainya sering kita jumpai, tetapi tanaman buah sangat jarang. Bertolak dari pemikiran iseng tersebut, kiranya masyarakat yang tinggal di pinggir jalan akan dapat menikmati hasilnya, atau ada semacam profit sharing (bagi hasil) antara masyarakat dan pemerintah daerah, tentunya aka nada pendapatan dari hasil panen buah yang ditanam. Amat sangat saying, tanah kosong yang subur hanya dibiarkan tidak dimanfaatkan agar lebih produktif.
          Selain mempunyai nilai ekonomis, kiranya jalan akan tampak indah karena sudah musim buah akan sangat menarik pandangan bagi yang melintas di jalan tersebut. Promosi produk local yang tidak perlu biaya besar sudah langsung pada sasaran (konsumen), syukur – syukur sebagai penjualnya masyarakat setempat tentu sudah memotong rantai pasar yang biasanya panjang dan berbelit.
          Pemikiran sederhana penulis sebagai pengguna jalan yang sering melintas jalan – jalan di berbagai pelosok Jawa Timur semoga dapat diterapkan, minimal berbgai ide bagi pemerhati lingkungan. Daripada jalan – jalan panas, kan lebih nyaman dan asri apabila ditanami tanaman yang produktif bukan??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar