Senin, 16 Januari 2012

Kenangan Lama di Badegan

PONOROGO. Siang tadi, bersama rintik – rintik hujan penulis mengantar Bapak – Ibu ke Badegan. Sebuah ibukota kecamatan Badegan di perbatasan antara kabupaten Ponorogo dengan kabupaten Pacitan dan Wonogiri atau propinsi Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Badengan mempunyai kenangan tersendiri bagi penulis semasa kecil yaitu masih SD, kebetulan SD Menang (sekolah penulis dulu) masuk dalam wilayah kecamatan Badegan sebelum masuk wilayah kecamatan Jambon seperti sekarang.
Menurut legenda atau cerita ketoprak dalam lakon “Warok Suromenggolo Suminten Edan”, desa Badegan berawal dari pertarungan antara Warok Suromenggolo dan Warok Surogentho. Seorang Warok yang menjadi panglima perang (senopati) di Ponorogo dan warok Surogentho adalah seorang warok yang sama – sama menjadi senopati di ponorogo tetapi berseberangan dengan Bupati. Ketika melawan Warok Suromenggolo, Warok Surogentho lari hingga sampai pada suatu tempat di barat kota Ponorogo. Dalam pelariannya, Warok Surogentho melihat banyak pohon kelapa yang masih muda dan kemudian meminum kelapa muda (degan) karena saking hausnya. Setelah puas minum degan, Warok Surogentho lari lagi karena terus dikejar oleh Warok Suromenggolo. Akhirnya Warok Suromenggolo sampai pada daerah dimana musuhnya istirahat sebentar dan minum degan. Dia melihat banyak kelapa muda yang tercecer, kemudian minum degan itu karena juga merasa haus. Sebelum meninggalkan daerah itu, Warok Suromenggolo menamai tempat itu dengan nama “BADEGAN”. Dan sampai sekarang dipakailah nama itu menjadi nama desa dan kebetulan menjadi ibukota kecamatan.
Mengapa sangat berkesan?? Pertama, dulu keluargaku ketika ada yang sakit pasti di bawa ke dokter Gunawan Trisulo yang berada di Badegan. Pada tahun 1980-an dokter hanya ada satu dalam 1 (satu) kecamatan. Untung saja rumah penulis tidak terlalu jauh dengan Badegan, hanya sekitar 5 (lima) kilometer saja. Kedua, di ibukota kecamatan inilah penulis sangat sering mengikuti kompetisi, baik kompetisi kemampuan akademik (cerdas cermat), olah raga, ketrampilan, melukis, menari dan lain sebagainya. Memang pada waktu itu (sewaktu SD, tahun 1982 – 1988) sering diadakan kompetisi, dan Alhamdulillah penulis sering lolos sampai tingkat kecamatan bahkan kabupaten.
Kompetisi kemampuan akademis-lah yang sering diadakan waktu itu. Cerdas cermat semua bidang studi, bidang studi khusus (matematika, bahasa Indonesia, Ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan agama, ilmu pengetahuan social, Pedoman penghayatan pengamalan Pancasila – P4) diadakan hamper sepanjang tahun dan setiap tahun dapat dipastikan ada. Alhamdulillah dari beberapa kali kompetisi dapat meraih prestasi gemilang sehingga dapat maju ke babak berikutnya ditingkat kawedanan dan kabupaten. Penulis mengikuti semua kompetisi itu sejak kelas 3 Sekolah Dasar dan langsung mendapat prestasi sehingga menjadi langganan utusan sekolah dalam berbagai kompetisi. Anehnya, yang menjadi peserta dan pemenang dalam kompetisi itu menjadi kawan penulis ketika masuk ke sekolah menengah pertama yaitu di SMPN 1 Ponorogo, sekolah favorit dan terbaik di Ponorogo waktu itu.
Badegan… seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan selama kurang lebih  23 tahun sudah sangat jauh perkembangannya. Sekarang sudah banyak pertokoan yang menghiasi pinggir jalan sepanjang Srandil (desa asal penulis) hingga Badegan. Rumah – rumah, sekolah, pasar, kantor – kantor yang dulu kelihatan kumuh dan tak beraturan sekarang sudah bercat cerah dan tertata dengan apik, pemandangan indah dan rapi terpampang di mata. Akses jalan sudah lebar dan beraspal hotmik, dan tentunya dulu banyak yang bersepeda pancal sekarang sudah bersliweran sepeda motor baru – baru dan bermerek.
Menyusuri pelan di atas motor Vega, penulis meluncur dari desa Srandil ke desa Bandaralim. Dulu terasa jauh jarak antara kedua desa tersebut karena hamparan sawah, sekarang sudah terasa dekat karena banyak didirikan rumah dan gudang. Demikian pula desa selanjutnya, desa Kapuran dan Badegan. Penulis merasa asing dan lama sekali tidak ke Badegan, yang dulunya banyak menyimpan kenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar