Jumat, 31 Agustus 2012

BALON "NDESO"



“Ndang tata-nen genine, ben cepet akeh buleg-e” perintah seseorang untuk menata api. “Eee… eee… geret-en taline sing kidul, angine banter iki lho!!!” perintah yang lainnya. “Teruus… terussss….. hooooooeee…!!! Teriak anak – anak kecil kegirangan yang berada di sekitar. “Diwat – wati yo, ojo nganti balon-e obah keterak angin, ngko kenek geni!!!” peringatan Pak Gobir kepada penarik tarik samping. “Heeeehhhh…!!! Mercone ngko ae, adohna kana, ngko nek mbledoos…. Sida braweek…” bentak Kang Kanthi untuk menjauhkan mercon yang sudah ditata di seutas tali.

Ada yang menata api dari “blarak / daun kelapa kering)”, sekam yang dibakar, ada lagi yang memegang lingkaran dari bamboo sebagai mulut balon, ada pula yang memegang plastic sebagai badan balon yang perlahan mulai mengembang karena penuh dengan asap serta terkena panas api. Ada 5 (lima) orang yang memegang tali di beberapa sisi untuk menjaga balon agar tetap berdiri tegak, 4 orang menyiapkan mercon – mercon sejumlah kurang lebih 400-an buah, dua orang menyiapkan sumbu “oncor” yang akan dipasang dilingkar mulut balon, serta tak ketinggalan sorak sorai para penonton yang terdiri anak kecil, remaja sampai orang tua, baik pria maupun wanita.


Tontonan “ala Ndeso” yang sangat menarik. Itulah gambaran saat sebagian masyarakat Indonesia di desa Srandil, Ponorogo saat merayakan hari lebaran dengan melepas balon udara dan disertai dengan pesta petasan. Balon udara yang berbahan plastic dengan obor dari kain bekas. Suatu tradisi tahunan sejak dahulu, entah kapan. Setiap hari raya lebaran, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, masyarakat desa Srandil dan sekitarnya selalu menaikkan balon udara yang digantungi rangkaian petasan yang cukup panjang.

Sorak sorai kegirangan tampak terlihat dari raut wajah semua yang menyaksikan. Balon naik dengan pelan, sedikit oleng oleh terpaan angin. Kira – kira pada ketinggian 40 meter, suara petasan mulai terdengar beruntun. Suara petasan yang terdengar sangat variatif, ada yang suaranya kecil tapi tidak keras, ada lagi yang suaranya besar keras dan menggema. Saat ini, petasan yang dipasang di balon sekitar 600 buah yang di bagi menjadi empat. Ehmm…. Sungguh meriah suasana lebaran tahun ini. Selain hari lebarannya bersamaan, tidak seperti tahun – tahun kemarin, panenan musim kemarin cukup lumayan sehingga dalam membuat balon beserta petasan – petasan sebanyak itu tidak terlalu terasa. Padahal biaya yang mereka keluarkan tidaklah sedikit, sekitar 750 ribu – 1 jutaan. Jumlah uang yang sangat berarti dan besar bagi masyarakat pinggiran, lereng gunung Srandil.

Mereka melupakan atau bahkan tidak mau peduli dengan segala perdebatan para pejabat, semua gonjang – ganjing politik, kasus – kasus korupsi, Simulator SIM, krisis ekonomi dunia dan seterusnya. Yang terpikirkan adalah bagaimana balon udara “ndeso” itu bisa naik setinggi – tinggi dan sejauh – jauhnya dan petasan bisa meledak sehingga suasana lebaran bisa sangat meriah. Cukup sederhana dan simple sekali, tidak serumit para pakar, pejabat dan komentator mencari jalan untuk rakyatnya sejahtera. Meski balon udaranya sederhana, namun balon udara itu cukup menyatukan dan menyenangkan masyarakat.

Menurut hemat saya, yang sejak kecil sampai sekarang masih ikut – ikutan menaikkan balon, ada beberapa hal yang kiranya patut untuk dicatat. Hanya dengan menaikkan balon saja, kiranya dapat dipetik hikmah yang bagi saya sangat luar biasa. Antara lain :
  1. Rasa Kebersamaan dan Gotong Royong yang masih terjaga. Suasana ini dapat terlihat dari keikhlasan mereka “urunan”, membuat petasan, balon hingga menaikkan balon itu. Kiranya suasana kebersamaan dan gotong royong ini, 10 tahun mendatang menjadi suasana langka.
  2. Mewujudkan ide sederhana yang dapat menyenangkan banyak orang, dari anak – anak hingga orang tua. Tidak hanya sekedar ide, tetapi sudah berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Ide tidak perlu diumbar, namun perlu adanya langkah untuk mewujudkannya.
  3. Membuat gembira orang itu sebenarnya tidak susah. Dengan adanya balon udara dan petasan saja, sebagain masyarakat sudah dapat mengumpulkan sejumlah dana dan semangat untuk berbuat sesuatu. Andaikan saja itu diterapkan pada sector ekonomi yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka, tentu masyarakat kita akan lebih sejahtera. Bisa nggak ya….
  4. Solidaritas dan kekompakan Tim yang menaikkan balon sungguh luar biasa. Dengan peralatan yang sangat sederhana, mereka mampu merencanakan, membagi tugas, mengatur teknis sampai dengan mengontrol agar proses menaikkan balon dan petasan dapat berjalan lancer. Andaikata tim itu berada pada lembaga – lembaga kemasyarakatan, kiranya akan menghasilkan hasil karya yang hebat dalam masyarakat.

Menaikkan balon “ndeso” dan petasan itu kiranya sebagai gambaran bahwa masyarakat masih menggeliat dan berusaha untuk maju. Meskipun dalam kesehariaannya hidup pas – pasan, tetapi ketika suasana lebaran (hari raya) mereka berusaha sekuat tenaga dan ikhlas untuk merayakan semeriah mungkin. Suatu semangat yang tidak bisa dipandang sebelah mata, untuk membangkitkan perekonomian masyarakat.

Masyarakat sudah muak saban hari dicekokin oleh berita politik. Mereka membutuhkan solusi tepat dan cepat serta sederhana agar masyarakat menjadi senang, gembira juga sejahtera. Semua tergambar dari bagaimana mereka membuat hingga menaikkan balon udara “ndeso” itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar