Rabu, 14 Maret 2012

Dawet Jabung

“Ehmmm sueegerrr….” Spontan ucapan ringan itu meluncur dari mulut ini sebagai pertanda kelegaan yang tiada tara. Batas antara dahaga dan segarnya kerongkongan sehingga sering melupakan anugerah Tuhan. Ya… ucapan spontan meluncur begitu saja setelah menikmati semangkok “dawet jabung” yang terkenal itu. Air santan bermaniskan “legen” dan sedikit “cendol” telah melepaskan rasa dahaga, seakan mengalir perlahan pada keringnya kerongkongan. Rasa segar dan manis itu membuat syaraf – syaraf dan urat – urat di sekujur tubuh menjadi dingin serta rasa pegal menjadi hilang seketika. Sesondok demi sesendok saya nikmati perlahan, sayang kalau kenikmatan ini terlewat begitu saja. Apalagi si penjualnya yang cantik menambah suasana menjadi lebih Oke. Semilir angin hamparan sawah membangkitkan semangat yang luar biasa pada jiwa ini.

Dawet jabung merupakan dawet yang berasal dari salah satu desa di kabupaten Ponorogo, tepatnya desa Jabung, desa yang terletak di antara pondok besar di Jawa Timur yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor dan Pondok Pesantren Walisongo Ngabar. Namun demikian di daerah Ponorogo dan sekitarnya banyak kita jumpai penjual dawet jabung. Kalau anda sedang berada atau melewati kota Ponorogo, sangatlah mudah untuk mencari letak penjual dawet jabung itu.

Dawet merupakan minuman tradisional yang sangat sederhana sekali cara pembuatannya. Satu mangkuk dawet hanya terdiri air yang bersantan, legen (nira) kelapa dan cendol, terkadang masih ditambahi dengan “gempol”. Gempol terbuat dari tepung beras yang dibentuk bulat yang dicampurkan dengan dawet. Peralatan yang digunakan penjual dawet juga sangat sederhana dan tradisional sekali, air bersantan dan juruh legen di tamping dalam kwali, “irus” atau candingnya berupa batok kelapa dengan bamboo yang biasanya di beri aksesoris siluet wayang dari kayu. Pokoknya semua serba sederhana dan tradisional banget, tapi rasanya jauh lebih mengesankan dari penyajiannya.. (tak seindah warnanya…).

Dalam penyajian dawet, oleh penjual kepada pembeli, ada cara tersendiri dan banyak menjadi bahan ketawa bagi yang pertama kali membeli dawet jabung. Biasanya penjual akan menyajikan dawetnya di sebuah mangkuk yang diletakkan di cawan. Naah.. biasanya pembeli yang belum pernah membeli dawet jabung akan memungut cawan yang di atasnya ada mangkuk dawetnya, padahal lazimnya di Ponorogo dan sekitarnya pembeli cukup mengambil mangkuknya saja tanpa dengan cawannya. Para pembeli pemula sering terjadi tarik menarik cawan dengan penjual dawet. Lho kenapa kok seperti itu? Pertanyaan itu sering ditanyakan banyak orang. Menurut cerita – cerita di masyarakat umum bahwa cawan itu mempunyai arti sendiri bagi penjual dan pembeli dawet.

Terlepas dari arti cawan itu, kiranya lebih bijak dan mengesankan apabila saudara pembaca mencicipi dan merasakan sendiri kenikmatan minum dawet jabung Ponorogo. Memang banyak dawet yang menjadi khas dari beberapa daerah, tetapi kiranya “dawet jabung” yang berasal dari ponorogo mempunyai cita rasa tersendiri dan patut untuk menjadikan tenggorokan ini segar kembali. Selamat menikmati….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar