Kamis, 29 Maret 2012

Rumaketing Paseduluran

“Rumaketing Paseduluran” atau eratnya sebuah persaudaraan merupakan idaman normative masyarakat. Tatanan kehidupan bermasyarakat, berkelompok biasanya mempunyai ukuran ideal yaitu persaudaraan yang erat, kebersamaan, kompak dan seabrek istilah. Singkat kata, dalam berbagai kelompok yang mengatasnamakan kelompok kanan maupun kiri masih mempunyai capaian ideal itu. Bahkan sekelompok orang yang lain daripada yang lain atau dianggap asing oleh kelompok lain sering malah lebih erat persaudaraanya dibandingkan dengan kelompok yang tampak tenang dan nyaman. Mereka lebih merasa bagian dari kelompok itu, jadi apabila dari salah satu anggota yang sakit tentu akan dirasakan oleh yang lainnya.

Pagi tadi, saat saya “nyangkruk” di kantin Mako 1 Polresta Kediri, saya sangat tertarik dengan cerita dari  salah seorang Bapak polisi. Beliau menceritakan ketika sedang bertugas di Negeri Khemer Merah Kamboja sebagai pasukan perdamaian PBB tahun 1993. Pasukan perdamaian dari Indonesia itu bertugas selama satu tahun. Dalam satu tim itu, mereka saling membantu dan melindungi satu sama lain, karena di Kamboja saat itu sedang dalam kondisi perang.

Selama satu tahun itu pula, rasa perkawanan, persahabatan dan persaudaraan terpupuk. Suka dan duka mereka lalui bersama demi mengemban tugas kemanusiaan dari Perserikatan Bangsa – Bangsa. Pengalaman hidup bersama di bawah tekanan perang dan di antara bayang – bayang kematian, membawa rasa persaudaraan yang mendalam sampai kini. Padahal sejak dalam satu tim sampai sekarang, secara kepangkatan dan jabatan jelas berbeda. Apalagi sekarang, bahkan dalam satu tim itu sekarang ada yang menjadi seorang jenderal.

Cerita Bapak polisi itu mengingatkanku ketika masih aktif menjadi Pramuka semasa SMP dulu. Saya juga mempunyai tim yang kami namai Kreatifitas Bocah – bocah Aliran Ling lung (KEBAL). Kelompok itu berangkat dari perkemahan lomba tingkat III sampai IV. Kami tergabung dalam satu regu. Proses pembelajaran dan penempaan yang berat dan panjang, mengantar kami ke sebuah perasaan mendalam seperti saudara sendiri. Dan itu kami rasakan sampai sekarang, meskipun kami terpisah jauh tetapi komunikasi dan rasa persaudaraan kami masih tetap.

Cerita singkat di atas, lantas mengingatkanku pada petuah orang tua dulu. “RUmaketing Paseduluran” itu penting. Dengan menjalin persaudaraan dan silaturahmi dengan siapa saja, tentu hidup ini tidak akan sendiri. Hidup akan menjadi lebih semarak dan bergairah diantara saudara – saudara sejati walaupun banyak kepentingan yang menguasai nafsu manusia. Tambah kawan berarti tambah saudara, tambah saudara berarti menambah rizqi dan memparpanjang umur. Kenapa demikian?? Kiranya kita perlu merenungkannya karena setiap manusia pasti mempunyai maksud dalam memilih dan memilah kawan, saudara. Bukankah begitu??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar