Selasa, 03 April 2012

Forum Seniman Reog Ponorogo (Respon gerakan independen seniman reog Ponorogo)


 
Jum’at pagi (30/03/2012), saya mendapat telepon dari seorang saudara seniman reog dari Jember tetapi asli Ponorogo. Meskipun dia bekerja dan bertempat tinggal jauh dari kota Reog tetapi eksistensinya di Ponorogo terkait “pereogan” tidak dapat diragukan lagi. Dia mengundang saya untuk menghadiri sarasehan kesenian reog yang dilaksanakan di desa Jabung, kecamatan Jetis, Ponorogo. Sarasehan itu akan mengundang seluruh grup reog yang ada di Ponorogo dan seluruh instansi yang terkait, seperti Pemda, DPRD Ponorogo, Dinas pariwisata dan olah raga serta yang lainnya. Kemungkinan juga akan hadir salah seorang anggota DPRD propinsi Jawa Timur komisi E yang membidangi kebudayaan.

Selain mengharap kehadiran saya, dia juga meminta sedikit masukan untuk acara tersebut. Sebelumnya dia menceritakan proses sampai dihelatnya sarasehan yang akan melibatkan ratusan seniman reog Ponorogo itu. Saya tahu dan paham tentang rencana acara sarasehan itu, karena jauh hari sebelum acara itu direncanakan Kawan saya itu sering berdiskusi dengan saya perihal keprihatinan dan kejengkelan seniman reog yang semakin terpinggirkan. Mungkin salah satu hasil sarasehan itu adalah usul atau konsep saya, yaitu tentang “pentas reog sepanjang tahun”.

Sebelumnya saya mohon maaf kepada seluruh seniman reog Ponorogo juga Kang Kawan saya, apabila saya tidak dapat hadir dalam sarasehan itu (01/04/2012) bersama mereka karena masih ada liputan di Kediri. Namun demikian beberapa konsep dan celoteh saya sejak tahun 1999 yang saya titipkan kepada kawan saya itu mungkin bisa mewakilinya. Sekali lagi mohon maaf.

Meskipun saya tidak hadir di Jabung, tetapi hati dan pikiran saya seperti berada di sana ketika kawan saya menceritakan via telepon dan SMS kondisi saat sarasehan. Mungkin perasaan seniman reog waktu sarasehan sama dengan perasaan saya sesame seniman reog. Rasa haru, puas atas beberapa hal yang mungkin tidak diperoleh selama ini. Apresiasi ketua DPRD Ponorogo dan beberapa anggotanya, salah seorang komisi E DPRD propinsi Jawa Timur, serta seluruh seniman reog membuat sarasehan itu semakin meriah dan berkesan.

Saya pribadi sangat appreciate dengan diadakanya sarasehan akbar itu, sehingga komunikasi, silaturahmi bahkan perbedaan pendapat yang sudah lama mereka (seniman) pendam mungkin bisa mencair hari itu. Memang dugaan awal saya dulu seperti itu, dan akhirnya terbukti. Sesepuh – sesepuh yang tidak aktif karena sesuatu hal, hadir dan antusias mengikuti acara itu. Hipotesa saya sejak awal adalah bahwa seniman reog ponorogo yang merasa terpinggirkan oleh Pemda Ponorogo itu menginginkan untuk diperhatikan baik kesenian reog maupun senimannya, juga Yayasan Reyog Ponorogo yang bertanggungjawab atas pembinaan dan perkembangan perlu ada perombakan.

Pada titik puncaknya, terbentuklah Forum Seniman Reog Ponorogo (FSRP). Forum yang mewadahi seluruh seniman reog dan menjadi forum komunikasi para seniman reog dalam melestarikan dan mengembangkan kesenian reog Ponorogo.

Saya menyambut gembira dan lega atas terbentuknya FSRP. Forum ini paling tidak menjadi tempat atau media komunikasi para seniman reog. FSRP juga menjadi balancing control bagi Yayasan Reyog Ponorogo yang selama ini “mandul”. Terkait Yayasan Reog ini masyarakat bahkan para seniman sendiri tidak tahu apa saja kegiatan yang dilaksanakan, target dan reportnya bagaimana, punya anggaran atau tidak dan sebagainya. Masyarakat hanya tahu kalau setiap bulan purnama ada pentas reog di alun – alun dan setiap tahun diselenggarakan Festival Reog Nasional.

Prediksi saya, dengan munculnya FSRP akan menambah dinamisnya seniman reog pada umumnya dan kesenian reog akan lebih berkembang, semarak serta penuh warna. Kreatifitas seniman reog di FSRP, yang mayoritas berada di luar birokrasi, akan selalu muncul meskipun sangat sederhana dan terkesan alamiah. Jauh dari polesan dari seniman yang berbasis sekolah tari. Suasana keakraban, persaudaraan akan terasa sekali diantara grup reog satu dengan lainnya.

Adanya FSRP ini, perlu adanya kewaspadaan seniman reog itu sendiri terhadap intervensi atau pendomplengan atau KLAIM dari partai politik. Meskipun Ketua DPRD sudah mengatakan bahwa kalau sudah berkumpul bersama antara seniman berarti kita sebagai seniman reog tanpa ada embel – embel partai. Namun demikian itu bukanlah suatu jaminan, karena masih di awal perjalanan FSRP. Kita berharap saja semoga para politisi tidak memanfaatkan FSRP dalam suasana politik praktis dan tetap menjaga independensi seniman reog.

Sementara hanya itu dulu celoteh saya terkait terbentuknya FSRP, semoga benar – benar dapat menjadi wadah para seniman yang bebas dari intervensi dan tekanan pihak manapun. Dan jangan sekali – sekali pihak – pihak yang ingin memanfaatkan para seniman demi kepentingan pribadi sesaat. Jangan lagi seniman tradisi dijadikan tumbal politik yang semakin tidak karuan arahnya. Tidak lupa saya sampaikan selamat kepada seniman reog Ponorogo…. MERDEKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar