Senin, 20 Februari 2012

Expresi Seniman Reog Somoroto

Masyarakat Ponorogo khususnya Seniman reog seakan terus merasa haus akan pertunjukan kesenian reog, meskipun Ponorogo baru saja diadakan perhelatan akbar Festival Reog Nasional. Lima Puluh peserta festival tampil secara bergantian siang sampai malam hari selama satu minggu penuh. Pesertanya pun berasal dari berbagai daerah di Indonesia, sehingga variasi pertunjukannya juga bervariasi dan tentunya tidak mengecewakan penonton. Sebenarnya sebelum diadakan festival, para seniman dan grup - grup yang akan tampil sudah melakukan latihan berkali - kali, bahkan hampir setiap hari mereka mengolah gerak tari, rasa dan irama yang mengiringi pertunjukan reognya. Selain itu, setelah festival berakhir yaitu memasuki bulan Suro, masih banyak grup - grup reog yang mengadakan pertunjukan, pagelaran dalam rangka bersih desa. Keinginan seniman reog Ponorogo untuk terus berexpresi ini, seakan tak terbendung sehingga muncul ide pertunjukan reog yang diadakan secara lokal (kecamatan, karisidenan).

Gagasan itu salah satunya diwujudkannya pertunjukan Reog yang diadakan oleh seniman Reog di wilayah eks karisidenan Somoroto, yang meliputi kecamatan Kauman, Sukorejo, Sampung, Jambon dan Badegan. Pertunjukan ini diselenggarakan di desa Somoroto, disebuah tempat yang diyakini masyarakat Ponorogo sebagai peninggalan Kerajaan Bantar Angin. Dalam acara tersebut masing - masing kecamatan mengirim satu delegasi/grup, yang mana format pertunjukan diserahkan kepada grup masing - masing. Jadi dalam acara pertunjukan itu, pertunjukan reog yang dikemas dalam format festival dan Obyogan (jalanan) dipadukan. pertunjukan tersebut terkesan bebas sesuai keinginan para seniman untuk berekspresi. Kalau diperhatikan, nampaknya pemain reog (Penari) dengan penonton terjalin komunikasi yang saling "jual-beli" sehingga pertunjukan sangat berkesan dan meriah.

Dari pertunjukan yang ditampilkan masing - masing peserta, dapat ditangkap bahwa sebenarya para seniman dan masyarakat Ponorogo masih sangat haus akan hiburan khususnya pertunjukan kesenian kebanggannya, Reog. Hanya saja pertunjukan yang diinginkan oleh masyarakat Ponorogo, adalah pertunjukan yang tidak terbatasi oleh pagar aturan yang ketat seperti festival sehingga penonton dapat menonton secara dekat dan tidak merasa ada batas. Demikian halnya pada sebagian seniman reog, mereka ingin pertunjukan reog tidak hanya dalam festival saja. Mungkin bagi sebagian seniman, ajang festival reog masih bernuansa kepentingan kelompok atau dapat dikatakan tidak fair.

Terlepas dari maksud dan tujuan diselenggarakannya pertunjukan tersebut, yang perlu kita garis bawahi adalah keinginan masyarakat dan para seniman reog yang sangat besar untuk mengekspresikan diri dalam kesenian reog. Semangat berekspresi inilah yang menjadi salah satu faktor tetap hidupnya suatu kesenian, khususnya kesenian tradisiona. Kegiatan yang dilaksanakan di Somoroto ini sangat membanggakan bagi para pecinta seni tradisi, karena keterlibatan antara seniman dan masyarakat dalam keseniannya sangat tinggi. Mungkin tanpa campur tangan pemerintah pun, mereka sudah dapat mengadakan perhelatan yang sangat meriah. Semoga saja acara semacam ini dapat diagendakan secara periodik (bulanan, tri wulanan, tahunan) sehingga masyarakat dapat terhibur dan seni reog terus akan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar