Masyarakat Ponorogo khususnya Seniman reog seakan terus merasa haus akan
pertunjukan kesenian reog, meskipun Ponorogo baru saja diadakan
perhelatan akbar Festival Reog Nasional. Lima Puluh peserta festival
tampil secara bergantian siang sampai malam hari selama satu minggu
penuh. Pesertanya pun berasal dari berbagai daerah di Indonesia,
sehingga variasi pertunjukannya juga bervariasi dan tentunya tidak
mengecewakan penonton. Sebenarnya sebelum diadakan festival, para
seniman dan grup - grup yang akan tampil sudah melakukan latihan berkali
- kali, bahkan hampir setiap hari mereka mengolah gerak tari, rasa dan
irama yang mengiringi pertunjukan reognya. Selain itu, setelah festival
berakhir yaitu memasuki bulan Suro, masih banyak grup - grup reog yang
mengadakan pertunjukan, pagelaran dalam rangka bersih desa. Keinginan
seniman reog Ponorogo untuk terus berexpresi ini, seakan tak terbendung
sehingga muncul ide pertunjukan reog yang diadakan secara lokal
(kecamatan, karisidenan).
Gagasan itu salah satunya diwujudkannya
pertunjukan Reog yang diadakan oleh seniman Reog di wilayah eks
karisidenan Somoroto, yang meliputi kecamatan Kauman, Sukorejo, Sampung,
Jambon dan Badegan. Pertunjukan ini diselenggarakan di desa Somoroto,
disebuah tempat yang diyakini masyarakat Ponorogo sebagai peninggalan
Kerajaan Bantar Angin. Dalam acara tersebut masing - masing kecamatan
mengirim satu delegasi/grup, yang mana format pertunjukan diserahkan
kepada grup masing - masing. Jadi dalam acara pertunjukan itu,
pertunjukan reog yang dikemas dalam format festival dan Obyogan
(jalanan) dipadukan. pertunjukan tersebut terkesan bebas sesuai
keinginan para seniman untuk berekspresi. Kalau diperhatikan, nampaknya
pemain reog (Penari) dengan penonton terjalin komunikasi yang saling
"jual-beli" sehingga pertunjukan sangat berkesan dan meriah.
Dari
pertunjukan yang ditampilkan masing - masing peserta, dapat ditangkap
bahwa sebenarya para seniman dan masyarakat Ponorogo masih sangat haus
akan hiburan khususnya pertunjukan kesenian kebanggannya, Reog. Hanya
saja pertunjukan yang diinginkan oleh masyarakat Ponorogo, adalah
pertunjukan yang tidak terbatasi oleh pagar aturan yang ketat seperti
festival sehingga penonton dapat menonton secara dekat dan tidak merasa
ada batas. Demikian halnya pada sebagian seniman reog, mereka ingin
pertunjukan reog tidak hanya dalam festival saja. Mungkin bagi sebagian
seniman, ajang festival reog masih bernuansa kepentingan kelompok atau
dapat dikatakan tidak fair.
Terlepas dari maksud dan tujuan
diselenggarakannya pertunjukan tersebut, yang perlu kita garis bawahi
adalah keinginan masyarakat dan para seniman reog yang sangat besar
untuk mengekspresikan diri dalam kesenian reog. Semangat berekspresi
inilah yang menjadi salah satu faktor tetap hidupnya suatu kesenian,
khususnya kesenian tradisiona. Kegiatan yang dilaksanakan di Somoroto
ini sangat membanggakan bagi para pecinta seni tradisi, karena
keterlibatan antara seniman dan masyarakat dalam keseniannya sangat
tinggi. Mungkin tanpa campur tangan pemerintah pun, mereka sudah dapat
mengadakan perhelatan yang sangat meriah. Semoga saja acara semacam ini
dapat diagendakan secara periodik (bulanan, tri wulanan, tahunan)
sehingga masyarakat dapat terhibur dan seni reog terus akan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar