Selasa, 07 Februari 2012

Tlethong Sapi

Cerita singkat tentang "Tlethong" atau kotoran hewan ini berasal dari Pak Yat, seorang petani kecil di lereng Gunung Argopuro, Jember.

Cerita ini berawal dari serangkaian pertanyaanku seputar cara pengolahan lahan di sawahnya. Pak Yat bercerita cara mengolah sawahnya secara detail, mulai dari pengairannya sampai dengan pemberian pupuk dan penanganan pasca panen. Yang menarik adalah cara pemupukan. Pak Yat memberikan pupuk Urea 1 - 1,5 kw untuk sawahnya yang luasnya hanya 0,2 Ha. Takaran yang sangat berlebih bila diukur dari standart sehat pemberian pupuk Urea.

Pertanyaan aku kembangkan pada hewan ternak piaraannya, sapi. Pak Yat mempunyai sapi 2 ekor, pada saat aku kesana, salah saekor sapinya sedang hamil tua. Bagaimana penanganan kotoranya ? maksudku aku mencoba mengarahkan ke pemakaian kotoran sapi untuk pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia.

Ketika aku bertanya tentang kotoran hewan atau tlethong itu, pak Yat ketawa dan beliau menjawab bahwa kotoran - kotoran itu di buang. Kalau sudah tinggi tumpukannya, kotoran itu dibakar. Kadang - kadang ada orang dari perkebunan (rumah pak Yat memang dekat dengan Perkebunan) meminta kotoran itu. Pernah suatu saat orang perkebunan mengambil kotoran sapi itu sampai 11 truk dan dia berjanji akan mengganti dengan sejumlah uang. tetapi sampai beberapa bulan, tahun tidak muncul kompensasi itu. Pak Yat jadi kecewa sekali dan sekarang Tlethong sapinya hanya dibiarkan dan dibuang asal saja......

Pak Yat, jangan dibuang. Kumpulkan saja kotoran sapi itu, nanti bisa jadi pupuk hebat lho..... Bau yang tidak sedap, bentuk yang tidak indah tapi itu Mutiara dan Obat yang manjur untuk bumi ini lho.......
mari kita selamatkan dan sehatkan lahan kita...... terima kasih Pak Yat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar