Kamis, 16 Februari 2012

Pentas Reog Sepanjang Tahun


Agenda pertunjukan rutin Kesenian Reog oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo antara lain Festival Reog Nasional, Festival Reog Mini Nasional dan Pertunjukan pada Bulan Purnama. Agenda pertunjukan itu diselenggarakan di Panggung Utama Aloon - aloon Ponorogo. Pertunjukan yang selalu digelar dengan meriah tersebut dapat terselenggara karena memang Pemerintah Daerah memfasilitasi dan menjadi program bulanan dan tahunan. Festival Reog Nasional selalu dilaksanakan setiap tahun menjelang bulan Muharam (Jawa = Suro). Pertunjukan ini merupakan rentetan acara - acara Grebeg Suro dan Ulang Tahun Kota Ponorogo. Pagelaran kesenian Reog akbar ini bertaraf nasional sehingga pesertanya pun berasal dari berbagai daerah di Indonesia bahkan pernah yang berasal dari luar negeri. Pertujukan ini menjadi salah satu andalan pemerintah daerah Ponorogo dalam meningkatkan daya tarik bagi wisatawan lokal maupun manca negara.

Demikian pula dengan dengan Festival Reog Mini tingkat nasional. Festival reog mini ini seluruh pesertanya adalah generasi muda atau golongan remaja. Mereka rata - rata masih sekolah di tingkat SD atau SMP, mereka adalag generasi penerus kesenian Reog yang nampaknya semakin berkembang. Pola kegiatannya hampir sama dengan Festival Reog Nasional, hanya saja yang berbeda adalah peserta, selain itu waktu pelaksanaannya adalah bulan AGustus.

Agenda pertunjukan kesenian reog yang lain dan tak kalah ramai dari pengunjung adalah pertunjukan Reog Bulan Purnama. Pentas ini rutin dilaksanakan bertepatan dengan malam bulam purnama. Peserta dari pentas ini adalah grup - grup lokal (dalam kabupaten Ponorogo) yang diwakilkan melalui kecamatan - kecamatan. Biasanya pentas ini disertai dengan beberapa pertunjukan tari garapan dari Sanggar seni di ponorogo atau kesenian lainnya.

Semua kegiatan di atas terselenggara secara rutin karena memang difasilitasi oleh Pemerintah daerah dan pelaksnaannyapun di lokasi yang strategis, yaitu Panggung Utama Aloon - aloon kabupaten Ponorogo. Jadi semua orang yang kebetulan lewat di jalan utama itu bisa langsung menonton pentas kesenian reog.
Di sisi lain yang juga perlu diperhatikan dan dipertanyakan adalah bagaimana pertunjukan - pertunjukan kesenian Reog di daerah -daerah (pelosok desa) di Ponorogo? Siapa yang bisa memfasilitasi? Apakah dengan penyelenggaraan Event - event besar seperti di atas sudah cukup mewakili identitas Ponorogo sebagai KOTA REOG??

pertanyaan - pertanyaan di atas memang sederhana, namun kiranya perlu untuk disimak dan dipertimbangkan. Biasanya pertunjukan kesenian Reog di desa - desa diselenggarakan atas inisiatif personal (kawinan, khitanan, syukuran dll), inisiatif grup reog atau kumpulan grup. Itupun dengan biaya sendiri alias swadaya. Mereka mengumpulkan dana untuk menyelengarakan pertunjukan Reog secara mandiri dan alamiah. Bentuk pentasnya pun juga sangat sederhana dan terkesan apa adanya dan siapa saja dapat berpartisipasi, karena dalam pentas ini tidak ada aturan baku yang mengatur pertunjukan. Pentas demi pentas kesenian Reog terselenggara dengan meriah, karena masyarakat desa pada dasarnya haus akan hiburan. Dalam kedekatan antara kesenian reog dan masyarakat sebagai pemilik sejati itulah sebenarnya yang menjadikan identitas Ponorogo kota Reog selalu melekat.

Melihat kondisi seperti tersebut kiranya patut diapresiasi, bahwa kesenian Reog sangat perlu untuk difasilitasi penyelenggaraan pertunjukan (pentas)nya dan lebih menghidupkan pagelaran kesenian reog di desa - desa sehingga kesenian Reog benar - benar hidup di masyarakat Ponorogo.
Sebenarnya sangatlah sederhana konsep ini. Di kabupaten ada 21 kecamatan, dan dalam 1 tahun ada 12 bulan (dikurangi bulan Ramadhan 1 bulan jadi 11 bulan). Nah dari data tersebut masing - masing dapat diprediksi dalam 1 bulan dapat menyelenggarakan pertunjukan kesenain Reog di 2 kecamatan, artinya dalam 1 bulan sudah terselenggara 2 kali pentas reog. Pentas kesenian Reog ini, di luar pentas rutin yang sudah terselenggara yaitu FRN, Festival Reog mini dan Pentas Reog Bulan Purnama.

Apabila hal ini terselenggara secara wajar dan normal, seluruh kegiatan pementasan minimal 24 kali pertunjukan dan dilaksanakan dari kota sampai pedesaan. Hanya saja peran pemerintah sangat besar, karena semua pertunjukan itu sedapatnya pemerintah daerah yang memfasilitasi dan paling tidak mendanai kegiatan tersebut. Sebenarnya biaya yang dikeluarkan untuk operasional pertunjukan itu tidak terlalu banyak, asal saja partisipasi pemerintah dan masyarakat terjalin dengan baik.

Dengan intensitas pertunjukan kesenian reog yang sangat rutin, diselenggarakan dari kota hingga pelosok desa, peran pemerintah untuk memfasilitasi dan terjalinnya hubungan pemerintah daerah dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kesenain Reog, kiranya dapat lebih menggairahkan kehidupan kesenian Reog yang menjadi identitas Ponorogo... (kalau tidak mau dicaplok Malaysia, barangkali??). Dengan anggaran yang tidak terlalu besar, pertunjukan kesenian Reog akan terselenggara sepanjang tahun dan tentunya wisatawan dari dalam maupun luar negeri tidak harus menunggu bulan Muharam, Agustus atau bulan purnama.. bukan???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar