Minggu, 12 Februari 2012

Susahkah Mengurus Paguyuban..??

Beberapa minggu ini, saya sering mendapat pertanyaan dari saudara - saudara pegiat seni reog tentang beberapa permasalahan yang membelit paguyubannya. Memang itu suatu permasalahan klasik dan hampir semua paguyuban menghadapi permasalahan yang sama, terutama sifat dari paguyuban yang masih "Paternalistik". Ketergantungan terhadap satu atau beberapa orang inilah yang dapat menghambat perkembangan sebuah kesenian, apalagi orang - orang yang dijadikan patron mempunyai kekuatan penuh (full power) dalam mengendalikan paguyuban dan "mengklaim" bahwa paguyuban itu adalah milik atau karyanya. Susah bukan..??
 
Sampai saat ini, sejauh pengamatan kita, sudah banyak sebuah Paguyuban Kesenian tumbang tidak ada beritanya. Kondisi Paguyuban tersebut ada yang kembang kempis, sekarat bahkan ada yang sudah tidak aktif sama sekali alias gulung tikar tinggal namanya. Coba kita simak satu persatu Paguyuban kesenian di sekitar kita......... Lha wong Paguyuban Besar, dananya kuat saja bisa surut. Demikian pula halnya Paguyuban Kesenian Reog.

Kesenian Reog sebagai kesenian tradisional asli kota Ponorogo, sangatlah wajar apabila jumlah Paguyuban kesenian reog ini berjumlah sangat banyak. Hampir setiap desa di kabupaten ini memiliki sebuah atau lebih paguyuban reog. Hanya saja Paguyuban yang itu aktif atau tidak. Banyak hal yang menyebabkan mandegnya aktifitas suatu Paguyuban Reog. Antara lain masalah pendanaan, regenerasi, pembinaan dan publikasi. Dari data Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1994, Paguyuban Reog di kabupaten Ponorogo berjumlah sekitar 300-an, tetapi apabila kita tinjau saat sekarang ( 2012 ), masih utuhkah paguyuban tersebut?

Pada dasarnya untuk mengurus sebuah paguyuban itu sama dengan mengurus organisasi - organisasi lain. Kegiatan - kegiatannya sama, proses organisasinya sama. Hanya saja latar belakang keanggotaan, sistem hubungan antar anggota, orientasi, prinsip - prinsip yang membedakan antara paguyuban kesenian tradisional dengan organisasi lainnya. Demikian juga dalam paguyuban reog, persis sama dengan organisasi lain. yang membedakan dan yang membuat lain dari yang lain, adalah kesenian reog masih memegang teguh dengan tradisi yang masih sulit untuk ditinggalkan.

Ada beberapa hal penting yang patut untuk diperhatikan, dicermati dan harus dilaksanakan oleh pengurus Paguyuban kesenian reog, agar paguyubanya awet dan kalau bisa dapat bertahan sampai generasi berikutnya. Hal penting itu, antara lain :
1. Saling menghormati dan menghargai sesama anggota paguyuban.
2. Jangan sekali - kali berfikir komersial, yang arahnya untuk kepentingan pribadi.
3. Pegang teguhlah upacara - upacara tradisi sesuai dengan ritual khusus dalm berkesenian reog
4. Jalin kerjasama dan saling menghargai dengan paguyuban lain tanpa "PAMRIH".
5. Tidak ada yang saling "klaim", siapa yang paling (....)
6. Tetap terjalinnya silaturahmi dan komunikasi diantara semua anggota

Memang secara teori, untuk mengurus paguyuban terlihat sangat mudah, tetapi kenyataannya sulit bukan???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar