Mendengar kata kesenian Reog Ponorogo tentulah gambaran di benak kita
adalah burung Merak yang nangkring di atas kepala Harimau yang dipadu
dengan seperangkat gamelan pelog slendro. Sebagai komponen utama
kesenian Reog, kapala Harimau (Barongan) dan bulu - bulu burung Merak
(yang disebut Dhadak Merak) mempunyai nilai - nilai yang sangat vital
dalam pertunjukan kesenian reog. Misalnya, ada gamelan lengkap tetapi
tidak ada Dhadak meraknya namanya bukanlah Reog, ada Dhadak Merak namun
tidak ada gamelan pengiringnya, suasana tidak akan hidup. Nah betapa
vitalnya keberadaan Dhadak merak dalam pertunjukan Reog Ponorogo.
Dua
binatang Harimau dan Merak ini memang mempunyai suatu mitos tersendiri
yang saling terkait. Mitos - mitos tentang hewan banyak mengilhami
seniman jaman dahulu untuk membuat suatu kesenian atau pemujaan. Seperti
di China, dipercaya ada seekor Naga laut yang mengilhami adanya Liong
dan berpadu dengan Barongsai, di Afrika (suku bangsa Sulu) mengagungkan
keperkasaan burung kasuari dan sebagainya.
Mengenai masyarakat
Ponorogo, keperkasaan Harimau dan keindahan burung merak ternyata
melahirkan ide yang meletakkan rasa kagumya terhadap kehidupan dalam
hutan yang mana harimau sebagai raja hutan dan pemakan segala hewan di
hutan ternyata dapat akur, menyatu dengan burung merak. Sehingga dalam
legenda Ponorogo, apabila suatu hutan itu ada burung merak dapat
dipastikan hutan tersebut juga dapat diketemukan Harimau. Kenyataan ini
ditangkap dengan baik dan dimanfaatkan oleh para pemburudi India, bahwa
hampir dapat dipastikan setiap hutan yang ada meraknya pasti ada
harimau-nya (Slamet Soeseno, Merak Mencari Macan, Intisari Feb 1997).
Kesenangan
burung merak memamerkan bulunya mengilhami untuk diwujudkan dalam
sebuah seni. Tarian burung merak menduduki kedudukan istimewa dalam
cerita rakyat, mitologi kesenian, kerajinan tangan dan kesusastraan.
Burung merak mendapat kedudukan mulia terutama di dunia seni dan
kebudayaan yang berbau India. Burung merak dilegendakan sebagai
kendaraan para dewa, dan merak tercatat dalam kitab Rigvedha yang
berbicara eratnya persahabatan dan tali kasih sayang antara seorang
gadis dan burung merak. Banyak nyanyian klasik India yang menggambarkan
burung merak seperti Malhar raag, mandhu madhavi raagini. Selain itu
Natyashastra dan Abhinayadarvana merupakan dua buah karya sastra
mengenai tari - tarian India yang menjadi sumber inspirasi tari klasik
India seperti Bharatnatyam, Kathakali dan Kuchipudi.
Lain burung
merak, lain lagi dengan Harimau. Keperkasaan harimau sudah tidak
diragukan lagi, karena sebutan yang melekat pada dirinya adalah Raja
Hutan. Meskipun Harimau adalah binatang buas namun keindahan kulitnya,
ketajaman matanya, taring sudah membuat pesona tersendiri bagi yang
melihatnya. Perpaduan antara keindahan, kewibawaan, keangkuhan,
keganasan, kemolekan nilah yang membuat kesenian Reog mempunyai sifat
yang mirip dengan kedua binatang itu, angkuh dan egois tetapi menyimpan
suatu keindahan yang luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar