Minggu, 05 Februari 2012

Terbangan Maulid Nabi SAW


Sayup - sayup terdengar suara lantunan sholawat dengan nada dan suara khas Jawa dari sebuah masjid. Suaranya kadang datar dan terkadang melengking keras tetapi dengan liukan suara merdu. Orang setempat menamakan "TERBANGAN MAULID NABI", artinya melantunkan sholawat dan puji - pujian dalam rangka hari kelahiran Nabi Muhammad saw dengan diiringi tiga rebana berukuran sekitar 45 cm - 1 m dan gendang besar. Para jamaah sholawat itu melantunkan dengan penuh perasaan dan penghayatan sebagai bentuk tawadu', kecintaan, kerinduan akan syafaat Nabi saw. Lantunan bait - bait sholawat membuat hati ini bergetar dan merinding juga gembira. Di masjid itu berkumpul sekitar 45 orang yang semua berperan sesuai dengan peran mereka masing - masing. Tiga orang memainkan rebana sambil memandu lantunan sholawat secara bergantian, satu orang pengendang yang mengatur ritme dan menggetakkan hati serta yang lainnya menyimak dan mengikuti lantunan sholawat penabuh rebana (reff nya hehe). Suasana gembira, khusuk, syahdu bercampur menjadi satu.

Saya sejak pagi sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti acara tahunan itu, perasaan ini seakan merasa kurang lengkap apabila tidak bisa mengikutinya. Saya terbiasa sebagai pengendang dalam acara "Terbangan" itu, tetapi sesekali juga memainkan rebananya. Ehmmm... benar - benar menghayati apa yang kami baca, walau bacaannya dengan logat Jawa kuno seperti macapat. Terlepas dari pro kontra perayaan acara Maulid seperti Terbangan ini, ternyata acara Terbangan itu masih mengakar kuat di masyarakat kita. Yaa..salah satunya di desa saya, Srandil, kecamatan jambon kabupaten Ponorogo. Budaya warisan leluhur, generasi Kyai Ageng Kasan Besari dari Tegalsari untuk berdakwah di kawasan Ponorogo bagian barat yang terkenal dengan daerah merah, artinya daerah yang banyak begal, perampok, warokan dan sebagainya. Media dahwah inilah yang mampu meluluhkan hati para pelaku seperti itu.

Seperti halnya adat Jawa lainnya, peringatan ini juga ada gunungan yang berisi beberapa tanaman yang sering dipakai dalam adat jawa seperti daun beringin, puring, andong, bunga kelapa (manggar), janur dan dihiasi pula mainan dari janur kelapa. Menarik sekali perpaduan antara adat Jawa dan perayaan hari kelahiran Nabi saw.

Pembacaan sholawat dan puji - pujian kepada Nabi saw yang dilantunkan dengan nada khas Jawa kuno dilaksanakan dari pagi sampai sore, tentunya ada jeda untuk istirahat hehe Nah dalam waktu jeda itu biasanya diadakan kenduri. Kenduri ini dilakukan di sela waktu istirahat dan akhir acara. Acara yang mungkin sangat jarang kita temui di era jama sekarang, karena masih bernuansa tradisional. Acara Kenduri bersama secara besar (jamaah lebih banyak) pertanda acara Terbangan diakhiri.

Setelah acara kenduri bersama, acara dilanjutkan dengan tabur beras kuning yang biasanya disertai dengan uang logam. Wooow cukup ramai dan meriah lho hehe karena banyak anak - anak yang saling berebut uang logam itu hehe.... meriah bukan??
Acara seperti itu merupakan ungkapan rasa kecintaan,kerinduan masyarakat terhadap Nabi mereka, Nabi kita, Nabi Muhammad saw. Entah dengan cara bagaimanapun itu merupakan salah satu bentuk dharma baktinya sebagai umat Nabi saw. Dan yang lebih penting kita menauladani sikap kepemimpinan, toleransi, beribadah dan segalanya dari Nabi saw.

Duhai Kekasihku, Jantung hatiku sudah lama aku tidak menyapaMu, memujiMu....
Aku hanya berharap nadrah dan syafaatMu..
Yaa Sayyidii... Yaa Rosulallah...

Yaa Allah limpahkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw pemberi syafaat umat dan kepada kelurga Beliau. Jadikan umat ini cepat berlari untuk mengabdikan diri dan sadar kepada Allah. Yaa Allah ampuni dosa2 kami, permudahlah segala urusan kami, bukalah hati dan jalan kami, tunjukilah kami.... Yaa  Allah pereratlah persaudaraan diantara kami... Amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar