Kulihat seorang pelajar SMP sedang
mengayuh sepeda menyusuri gang kecil di depan rumah saya. Baju coklat
Pramuka yang dikenakannya basah kuyup karena sore ini hujan cukup deras
dan anak itu tampaknya tidak mempedulikan rintik hujan yang terus
membasahi tubuhnya. Ooohooo…. Baju dan suasana itu mengingatkan saya
semasa duduk dibangku SMP, menjadi aktivis Pramuka. Yaa… PRAMUKA!!!
Praja Muda Karana. Entah mengapa spontan saya teringat waktu Perkemahan
Lomba Tingkat di Perkebunan Glantangan Jember di era tahun 1990. Meski
tidak ingat secara utuh tetapi sudah cukup menggugah ingatanku pada
suatu perhelatan bergengsi bagi Pramuka tingkat Penggalang. Kami satu
regu dari Gugus Depan A/89 SMP Negeri 1 Ponorogo waktu itu mewakili
kwartir cabang Ponorogo bersama satu regu putri dari Mts Al Islam
Joresan Ponorogo. Sungguh mengesankan, membanggakan walau cukup
melelahkan. Mungkin karena sangat berkesan itulah otak saya langsung
teringat masa perkemahan itu begitu melihat seorang pelajar berbaju
seragam Pramuka yang sedang diguyur hujan. Ehmmm…..
Mengapa membanggakan dan mengesankan peristiwa itu? Tentu saja sampai
kapanpun akan selalu saya ingat juga kawan – kawan seperjuangan dulu.
Kegiatan itu bernama Lomba Tingkat IV (mesti ada tingkat I, II, III
bukan hehe…) Pramuka Penggalang kwartir daerah Jawa Timur. Proses untuk
mengikuti sampai tingkat propinsi (kwartir daerah) ini sangatlah berat
dan panjang. Mulai seleksi di tingkat gugus depan (sekolah), kwartir
ranting (kecamatan) sampai kwartir cabang (kabupaten). Kompetisi
berbagai bidang dilombakan baik bidang kepemimpinan, mental spiritual,
bakat ketrampilan, pengetahuan, fisik dan masih banyak lagi. Kami regu
Harimau (begitu nama regu kami dan kami sangat bangga akan nama Harimau)
berhasil menyisihkan kawan – kawan dari gugus depan lainnya hingga
akhirnya kami menjadi delegasi kwartir cabang Ponorogo. Itulah alasan
kami yang pertama untuk selalu ingat dan banggakan, proses kompetisi
yang berat dan panjang, serta menjadi perwakilan kabupaten (kwartir
cabang) pada usia yang masih remaja.
Alasan lainnya adalah untuk pertama kalinya kami berkemah di luar kota dengan waktu yang cukup lama (satu minggu) sehingga kami merasa itu suatu kesempatan yang luar biasa untuk berbuat sebaik mungkin kepada diri kami sendiri, sekolah (gugus depan) dan kabupaten Ponorogo. Tentunya kesempatan itu tidak semua pelajar di Ponorogo dapat menikmati dan mengikuti kegiatan Perkemahan Lomba Tingkat IV kwartir darah Jawa Timur di Bumi Perkebunan Glantangan kabupaten Jember karena satu kabupaten hanya diwakili oleh 1 regu putra dan 1 regu putri, padahal 1 regu hanya 10 orang. Ohooo bisa len ajelenan (kata orang Madura haha)
Alasan lainnya adalah untuk pertama kalinya kami berkemah di luar kota dengan waktu yang cukup lama (satu minggu) sehingga kami merasa itu suatu kesempatan yang luar biasa untuk berbuat sebaik mungkin kepada diri kami sendiri, sekolah (gugus depan) dan kabupaten Ponorogo. Tentunya kesempatan itu tidak semua pelajar di Ponorogo dapat menikmati dan mengikuti kegiatan Perkemahan Lomba Tingkat IV kwartir darah Jawa Timur di Bumi Perkebunan Glantangan kabupaten Jember karena satu kabupaten hanya diwakili oleh 1 regu putra dan 1 regu putri, padahal 1 regu hanya 10 orang. Ohooo bisa len ajelenan (kata orang Madura haha)
Pimpinan regu kami adalah Dwi Hermawan, anggota – anggotanya Gatot
Sulaeman, Kartika Bagus Cahyono, Anggoro Yudianto, saya (Bahrudin
Khoiri), Apri Fahrudi, Edi Setyo Widagdo, Dwi Parjoko, Slamet widianarko
dan Imam Isnaini. Sebagai Pembina Regu sekaligus Pembina gugus depan
adalah Bapak Mulyono. Kami mendapat gemblengan selama berbulan –bulan
(mungkin jadi bulan – bulanan haha) oleh Kak Tjatur Ahmad Ansori dan
kakak – kakak senior kami yang juga pernah ikut dalam Lomba Tingkat IV.
Masih melekat diingatan saya, waktu masa – masa penggemblengan di kawah
condrodimuko, latihan fisik, mental, ketrampilan, kedisiplinan dan semua
materi yang dilombakan tidak mengenal pagi, siang, malam. Latihan terus
dilaksanakan sesuai dengan program dan target – target baik kecepatan,
ketepatan dan kebenaran. Sungguh melelahkan…… tapi waktu itu tidak
merasakan karena saking senengnya kwkwkw..
Pagi itu, tanggal 1 Juli 1990 kami berangkat dari Ponorogo dengan bis umum menuju kota Jember. Kami berangkat dengan semangat yang menyala, rasa optimism, percaya diri dan siap segalanya untuk menghadapi perkemahan tersebut. Saya melihat rasa itu juga ada pada regu putri dari Mts Al Islam. Dari balik kerudungnya mereka tampak sekali bersemangat dan optimis. Saya agak lupa nama – nama dari regu putrid itu, hanya beberapa nama yang saya ingat. Aning sebagai pimpinan regu, anggotanya Ida, Ima, Dian, Dyah, Ainun dan Tsalis. Walau regu putrid dari sekolah kami kalah dengan mereka, tapi kami tetap merasa hormat, salut dan merasa satu kesatuan dalam berjuang.
Pagi itu, tanggal 1 Juli 1990 kami berangkat dari Ponorogo dengan bis umum menuju kota Jember. Kami berangkat dengan semangat yang menyala, rasa optimism, percaya diri dan siap segalanya untuk menghadapi perkemahan tersebut. Saya melihat rasa itu juga ada pada regu putri dari Mts Al Islam. Dari balik kerudungnya mereka tampak sekali bersemangat dan optimis. Saya agak lupa nama – nama dari regu putrid itu, hanya beberapa nama yang saya ingat. Aning sebagai pimpinan regu, anggotanya Ida, Ima, Dian, Dyah, Ainun dan Tsalis. Walau regu putrid dari sekolah kami kalah dengan mereka, tapi kami tetap merasa hormat, salut dan merasa satu kesatuan dalam berjuang.
Perkemahan tersebut berlangsung hingga tanggal 7 Juli 1990. Seperti
harimau lepas dari kandangnya, kami sejak memasuki area perkebunan
Glantangan sudah siap untuk bertanding dan mengadu kemampuan dengan regu
lain. Mungkin kalau dilihat gitu seperti harimau sedang mengaum keras
dan siap memangsa hahahaha….. ya wajar saja, gemblengan yang begitu
keras dan disiplin tinggi membnetuk kami seperti itu. Walau demikian
kami tetap mengutamakan persahabatan, persaudaraan diantara sesame. Itu
kami lakukan selama perkemahan berlangsung. Nilai kedisiplinan,
persaudaraan, persahabatan, egoism, kepercayaan diri, kemandirian,
kekreatifitasan dan lain – lain kami peroleh salah satunya dari
perkemahan Lomba Tingkat IV itu. Bolehlah harimau itu mengaum sekeras –
kerasnya, siap menerkam siapa saja tetapi keindahan persaudaraan adalah
suatu hal yang lebih berarti dalam hidup ini.
Salam Pramuka….. !!!
bisa juga dilihat : www.jejakbrudin.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar